Wednesday, 9 April 2025
HomeBeritaThe Yatim Village, Hangatnya Senampan Kebersamaan

The Yatim Village, Hangatnya Senampan Kebersamaan

Bogordaily.net – Sore itu, langit mulai berubah jingga saat aku dan teman-teman sampai di The Yatim Village. Walaupun lokasinya berada di tengah kota, suasana terasa lebih tenang dan penuh kehangatan. Begitu masuk gerbang, kami langsung disambut oleh anak-anak yang berlarian di halaman. Beberapa dari mereka menyapa dengan senyum lebar, membuat aku langsung merasa nyaman, rasanya seperti disambut oleh keluarga sendiri.

Aku datang bersama teman-teman ku dari Komunitas Iympack, pada tanggal 3 Maret 2025.
Iympack (Indonesian Youth Movement for Peace and Charity) adalah komunitas kepemudaan yang bergerak di bidang sosial dan kemanusiaan.

Komunitas ini berfokus pada aksi nyata yang bertujuan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan, sekaligus menginspirasi lebih banyak anak muda untuk terlibat dalam kegiatan sosial.

Asrama Yatim “The Yatim Village” berada di Kota Bogor, asrama ini dihuni oleh Anak Anak Yatim dan Dhuafa Penghafal Al-Qurán, Mulai Usia Balita Hingga Setara Perguruan Tinggi dan juga Para Ib-Ibu yang telah meninggal suaminya (Ibu Tangguh).

Saat ini total seluruh anak yatim, ibu tangguh dan juga civitas kurang lebih ada 250 orang.

Sebenarnya, tujuan utama kami datang ke sini bukan hanya untuk sekedar bersilaturahmi, tapi juga untuk rapat membahas rencana acara besar Yatim Fest 2025 yang memang rutin diadakan oleh The Yatim Village setiap bulan Ramadhan.

Sambil menunggu waktu rapat dimulai, kami menghabiskan waktu dengan ngobrol, main bersama, dan mendengarkan cerita mereka.

Setelah rapat selesai, kami diajak berkeliling untuk melihat area asrama. Konsep bangunannya cukup unik, yaitu unfinished look, yang memberikan kesan sederhana namun nyaman.

Bangunan ini terdiri dari tiga lantai yang difungsikan sebagai kamar santri, ruang belajar, serta berbagai fasilitas lainnya.

Seusai berkeliling, kami kembali berkumpul di ruang rapat untuk berbuka puasa bersama.

Setelah azan Magrib berkumandang, kami diarahkan ke mushola akhwat untuk shalat Magrib berjamaah.

Setelahnya, kami diajak ke ruang makan untuk makan malam bersama. Begitu kami masuk ke ruang makan, anak-anak langsung menyambut dengan penuh antusias.

“Kak! Kak! Sini makan bareng kita!” seru mereka sambil melambaikan tangan.
“Kak, sini aja bareng kita!” tambah yang lain dengan wajah sumringah.

Mereka bersemangat mengajak kami bergabung dalam kelompok mereka. Oh iya, satu nampan biasanya diisi oleh lima hingga enam anak.

Makan senampan bersama adalah tradisi yang mereka lakukan setiap hari, tetapi ini adalah pengalaman pertamaku. Kami menikmati hidangan sambil mengobrol santai.

Di sebelahku duduk salah satu pengurus Yatim Village, yaitu Ummi Yeni. Sambil tersenyum, beliau berkata, “Di sini, anak-anak memang selalu makan pakai nampan seperti ini.

Supaya mereka terbiasa berbagi dan tidak hanya memikirkan dirinya sendiri.” Aku mengangguk paham. Ternyata, makan bersama dalam satu nampan bukan sekadar kebiasaan, tapi juga cara mereka belajar tentang kebersamaan dan berbagi.

Setelah selesai makan, anak-anak langsung melakukan hompimpa untuk menentukan siapa yang akan mencuci nampan. Aku yang awalnya hanya menonton akhirnya ikut serta juga. Dan hasilnya… aku yang kalah! Anak-anak yang makan bersamaku langsung bersorak senang.

Namun, saat aku bersiap membawa nampan ke tempat cuci, mereka tiba-tiba menyusul dan berkata, “Kak, sini aku aja yang cuci.”

Aku tertawa kecil dan berkata, “Enggak, aku aja. Kan tadi aku yang kalah hompimpa. Kalian duduk aja, tunggu di sana.”

Tapi ternyata, mereka tetap ikut membantu. Akhirnya, kami mencuci nampan itu bersama-sama sambil ngobrol dan bercanda. Ternyata, momen sederhana seperti ini justru membuatku merasa semakin dekat dengan mereka.

Tak terasa, waktu sudah semakin malam, dan aku harus berpamitan. Saat aku bersiap pulang, salah satu anak tiba-tiba berkata dengan wajah sedih, “Yah, Kakak pulang?”
Aku tersenyum dan menjawab, “Aku bakal sering-sering ke sini kok. Kita pasti ketemu lagi!”

Mereka pun tersenyum lebar. Aku pulang dengan hati yang penuh rasa syukur, penuh kebahagiaan, dan penuh keinginan untuk kembali lagi.***

Sofwa Nurul Karimah, Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi IPB

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here