Bogordaily.net – Timnas U17 vs Korea Utara seperti menabrak tembok. Keras. Sakit. Itulah yang dialami Garuda Muda Timnas Indonesia U-17 di Jeddah tadi malam Senin 14 April 2024.
Di lapangan megah King Abdullah Sports City Hall, mereka dihajar Korea Utara. Skor? 0-6. Setengah lusin.
Padahal Nova Arianto sudah menurunkan yang terbaik. Dafa Al Gasemi berdiri di bawah mistar. Di depannya, empat bek dipasang berjejer: Al Gazani, Fabio, Daniel, Baker.
Tengahnya diisi Evandra dan Nazriel. Tiga penyerang muda, Zahaby, Fadly, Mierza, siap mengguncang.
Tapi lagi Timnas U17 vs Korea Utara ini dilaur harapan.
Baru tujuh menit, jala kita sudah koyak. Lewat sepak pojok yang sederhana — Choe Song-hun, si bek 16 tahun, lolos begitu saja. Satu sentuhan kaki kanan, dan Dafa terperdaya.
Tertinggal 0-1, anak-anak Garuda Muda mencoba bangkit. Tapi apa daya, Korea Utara justru menambah luka.
Menit ke-19, sebuah tendangan voli keras dari pemain Chuncheon FC membuat Baker hanya bisa melihat bola menghujam gawang.
Babak pertama berakhir 0-2. Masih ada harapan? Seharusnya. Tapi babak kedua justru jadi mimpi buruk.
Pertahanan yang diharapkan membatu, malah runtuh. Empat gol tambahan bersarang di gawang Garuda Muda.
Ri Kyong-bong di menit 48. Kim Tae-guk menit 60. Ri Kang-rim semenit kemudian. Ju-won Pak melengkapinya di menit 77.
Sampai wasit meniup peluit panjang, Indonesia tidak sekali pun membalas. Skor akhir: 0-6.
Bukan hanya soal kalah. Ini soal diberi pelajaran tentang apa itu sepak bola di level Asia.
Soal kerja keras, disiplin, kekuatan fisik — yang mungkin masih kurang dari kita.
Garuda Muda pulang dengan kepala tertunduk. Tapi dari kekalahan seperti inilah, semangat besar sering lahir. Kalau mau belajar. Kalau mau bangkit.***