Bogordaily.net – Dalam beberapa tahun terakhir, tren thrifting atau belanja pakaian bekas semakin populer di kalangan anak muda. Tren ini didorong oleh berbagai faktor, seperti harga yang lebih terjangkau, keberagaman model pakaian, serta meningkatnya kesadaran akan keberlanjutan lingkungan.
ADVERTISEMENT
Dengan semakin banyaknya orang yang beralih ke thrifting, industri fashion mengalami perubahan pola konsumsi yang cukup signifikan.
Jika sebelumnya fast fashion mendominasi pasar dengan produksi massal yang cepat dan murah, kini semakin banyak konsumen yang memilih pakaian thrift sebagai alternatif yang lebih ramah lingkungan dan unik.
Menariknya, tren thrifting ternyata tidak hanya berdampak pada gaya hidup individu tetapi juga berkontribusi terhadap perkembangan industri fashion secara lebih luas.
Dampak Positif Thrifting terhadap Industri Fashion
Salah satu dampak positif terbesar dari thrifting adalah mendorong perkembangan industri fashion lokal. Dengan meningkatnya minat terhadap pakaian second-hand, banyak bisnis thrift shop bermunculan dan menawarkan berbagai koleksi unik, mulai dari pakaian vintage hingga streetwear branded. Hal ini membuka peluang besar bagi pelaku usaha kecil untuk berkembang dan berinovasi dalam industri fashion.
Selain itu, thrifting juga memperkuat kesadaran akan keberlanjutan dalam dunia fashion. Industri fast fashion dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar limbah tekstil dan polusi lingkungan.
Dengan memilih pakaian bekas, konsumen secara tidak langsung membantu mengurangi limbah pakaian dan menekan permintaan terhadap produksi baru yang berlebihan.
Kesadaran ini membuat industri fashion mulai beradaptasi dengan konsep circular fashion, di mana pakaian dapat digunakan kembali dan memiliki siklus hidup yang lebih panjang.
Dari segi ekonomi, thrifting juga berkontribusi pada perkembangan ekonomi kreatif. Banyak pelaku usaha, terutama anak muda, yang memanfaatkan tren ini untuk berjualan pakaian thrift secara online maupun offline.
Mereka tidak hanya menjual pakaian bekas, tetapi juga melakukan proses kurasi, styling, hingga rework pakaian agar lebih menarik. Dengan demikian, thrifting bukan hanya sekadar tren konsumsi, tetapi juga menciptakan peluang bisnis yang kreatif dan inovatif.
Tantangan dalam Tren Thrifting
Meskipun memiliki banyak manfaat, tren thrifting juga menghadapi beberapa tantangan. Salah satunya adalah meningkatnya harga barang thrift akibat permintaan
yang tinggi. Jika dulu thrifting dikenal sebagai solusi bagi masyarakat dengan budget terbatas, kini banyak toko thrift yang menaikkan harga karena melihat potensi pasar yang besar. Akibatnya, pakaian bekas yang seharusnya terjangkau justru menjadi mahal dan sulit diakses oleh sebagian orang.
Selain itu, ada pula masalah impor pakaian bekas ilegal yang kerap terjadi. Di beberapa negara, termasuk Indonesia, impor pakaian bekas sebenarnya dilarang karena dapat mengganggu industri tekstil lokal.
Namun, tingginya permintaan membuat banyak pihak tetap mengimpor pakaian second-hand dari luar negeri secara ilegal. Hal ini berpotensi merugikan produsen dalam negeri yang kesulitan bersaing dengan harga murah dari produk impor.
Tantangan lainnya adalah kurangnya kesadaran akan kualitas dan kebersihan pakaian thrift. Tidak semua orang memahami cara memilih dan merawat pakaian bekas dengan baik.
Beberapa pakaian thrift mungkin memiliki kualitas yang sudah menurun atau bahkan berisiko mengandung bakteri jika tidak dibersihkan dengan benar.
Oleh karena itu, penting bagi konsumen untuk lebih selektif dalam berbelanja thrift agar tetap mendapatkan produk yang layak pakai.
Ringkasan
Tren thrifting telah membawa banyak dampak positif, baik bagi industri fashion, lingkungan, maupun ekonomi.
Dengan semakin banyaknya orang yang beralih ke thrifting, industri fashion mulai bergerak ke arah yang lebih berkelanjutan dan beragam.
Namun, di balik manfaatnya, tren ini juga menghadapi tantangan yang perlu diperhatikan, seperti harga yang semakin mahal, impor ilegal, serta masalah kualitas dan kebersihan pakaian thrift.
Agar thrifting tetap memberikan dampak positif dalam jangka panjang, diperlukan kesadaran konsumen untuk berbelanja secara bijak serta dukungan dari pemerintah dalam mengatur regulasi terkait industri fashion second-hand.
Dengan cara ini, thrifting dapat terus berkembang sebagai solusi fashion yang tidak hanya ramah kantong tetapi juga ramah lingkungan.***
Aysa Ananda Gusra
Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi IPB