Bogordaily.net – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, tampaknya tak tinggal diam menanggapi kritik tajam Rocky Gerung yang disampaikan dalam sebuah diskusi bersama Karni Ilyas.
Dalam perbincangan yang turut dihadiri sejumlah narasumber, Rocky Gerung menyebut politik Dedi Mulyadi—yang akrab disapa KDM—sebagai contoh dari apa yang ia sebut “kedangkalan”.
“Ada satu prinsip yang menerangkan bagaimana orang mengonsumsi kedangkalan, Society of the Spectacle. Gimana bahasa Indonesianya, masyarakat yang doyan nonton kedangkalan,” ujar Rocky, mengutip teori dari Guy Debord yang mengkritik budaya masyarakat modern yang lebih terpikat pada penampilan ketimbang makna.
Menurut Rocky, fenomena ini tampak jelas dalam pendekatan politik Dedi Mulyadi maupun Presiden Joko Widodo.
Bagi Rocky, keduanya bukan menjual gagasan, melainkan visualisasi yang membius publik.
“Jadi kita lagi menonton orang jualan komoditas yang namanya penampilan. Visualisasi, bukan visi,” kata Rocky. Ia melanjutkan, “Tapi dalam politik, orang mau ukur visualisasi itu demi apa, kalau visinya dangkal.”
Dedi Mulyadi memilih untuk tidak menanggapi dengan panjang lebar. Lewat satu kalimat yang diunggah di akun Instagram resminya, Dedi memberi balasan yang bernuansa sindiran, namun terasa dalam.
“Saya memilih menjadi orang yang berpikiran dangkal tapi menghasilkan hamparan tanaman daripada mengaku pikirannya dalam hanya membuat banyak orang tenggelam,” tulisnya.
Pernyataan Dedi tampak seperti lebih dari sekadar pembelaan diri. Ia menggiring opini ke arah berbeda: dari perdebatan filsafat dan estetika menuju persoalan konkret yang bisa disentuh.
Di tengah sengkarut wacana politik yang kian abstrak, Dedi tampaknya ingin mengingatkan bahwa hasil nyata—seperti tanaman yang tumbuh—lebih penting ketimbang sekadar kedalaman pikiran yang membingungkan.
Dalam lanskap politik hari ini, mungkin publik tak hanya ingin berpikir. Mereka juga ingin melihat. Dan dalam hal ini, Dedi Mulyadi tahu betul cara tampil.***