Wednesday, 21 May 2025
HomeKota BogorGedung BCC Kota Bogor Diambil Samsat, Disparbud Tawarkan 4 Gedung Alternatif

Gedung BCC Kota Bogor Diambil Samsat, Disparbud Tawarkan 4 Gedung Alternatif

Bogordaily.net – Keputusan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang mengalihfungsikan Gedung Bogor Creative Center (BCC) di Kota Bogor menjadi kantor pelayanan Samsat, berbuntut panjang.

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Bogor pun bergerak cepat. Selasa, 20 Mei 2025, mereka mengundang para pemerhati ekonomi kreatif dan pegiat seni Bogor dalam sebuah forum terbuka di kota hujan itu.

Pertemuan yang digelar di tengah guncangnya ekosistem ruang kreatif itu menjadi ruang curhat dan diplomasi.

Kepala Disparbud, Iceu Pujiati, membuka sesi dengan menegaskan posisi Kota Bogor sebagai rumah bagi pelaku seni dan ekonomi kreatif.

“Ini ajang diskusi luar biasa. Kita bicara apa saja: seni, budaya, pariwisata, hingga ekraf,” kata Iceu usai pertemuan.

Disparbud Bogor
Disparbud Kota Bogor menggelar pertemuan bersama komunitas pemerhati ekonomi kreatif, dan pegiat seni di kota Bogor, pada Selasa 20 Mei 2025. (Albin/Bogordaily.net)

Meski Gedung BCC di Kota Bogor harus berpindah fungsi atas nama percepatan pelayanan pajak kendaraan, Iceu meyakinkan bahwa ruang kreasi tak harus bertumpu pada satu titik.

Ia menyebutkan sejumlah alternatif yang sudah dan akan disiapkan Pemkot: Taman Kreasi, Alun-Alun Munasain, Museum Pajajaran, hingga rencana revitalisasi Gedung Kemuning Gading.

Namun, seperti biasa, janji pemerintah tak pernah hadir tanpa catatan. Soal pemanfaatan ruang publik, misalnya, terbentur pada jam operasional dan koordinasi antar dinas.

“Idealnya sampai jam sepuluh malam, tapi kita juga harus mempertimbangkan kenyamanan warga sekitar,” ujarnya.

Gedung Kemuning Gading disebut sebagai calon tulang punggung baru ruang ekspresi seni dan budaya.

Revitalisasi gedung itu diklaim sudah masuk agenda. Namun prosesnya masih bergantung pada komunikasi lintas instansi.

Terkait BCC, Iceu mengaku tak punya kuasa banyak. Keputusan ada di tangan Gubernur.

“Kami sudah menyampaikan keinginan kami ke provinsi, tapi ini kebijakan gubernur,” katanya, mengisyaratkan bahwa Pemkot Bogor tak punya pilihan lain selain patuh.

Meski begitu, suara-suara dari komunitas seni dan ekonomi kreatif tak akan berhenti di meja forum.

Disparbud berjanji menjadikan semua aspirasi itu sebagai bahan evaluasi dan dasar kebijakan ke depan. “Tujuan kita sama: membangun ekosistem kreatif yang berkelanjutan,” ujar Iceu.

Tapi sementara itu, para pelaku seni dan ekraf di Bogor mesti berbenah—atau bertahan.

Di tengah kota yang semakin padat oleh birokrasi, ruang imajinasi makin sempit. Dan ketika gedung-gedung direbut oleh pelayanan publik, para kreator harus menemukan panggungnya sendiri.***

(Albin Pandita)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here