Saturday, 31 May 2025
HomeNasionalKDM Ungkap Alasan Marah Besar di Subang. Kenapa Semarah Itu?

KDM Ungkap Alasan Marah Besar di Subang. Kenapa Semarah Itu?

Bogordaily.net – Gubernur Jawa Barat Kang () akhirnya menjelaskan alasan marah besar ke suporter Persikas di .

Di acara “Nganjang ka Warga” di Pamanukan, , Rabu malam, 28 Mei 2025. Di hadapan ribuan warga. Di hadapan Bupati dan Wakil Bupati. Di tengah momen yang seharusnya menyentuh hati justru berubah. ngamuk.

Ya, itu memang menjadi malam yang tidak biasa bagi Kang Dedi Mulyadi.

Ia datang ke bukan untuk marah. Tapi untuk mendengar. Seperti biasa. Duduk bersama rakyat. Mendengarkan suara-suara kecil yang sering tak terdengar dari balik mikrofon.

Satu ibu berdiri. Suaranya lirih. Tapi cukup kuat untuk membuat banyak orang terdiam. Ia bercerita bagaimana membesarkan empat anak sendirian. Suaminya menikah lagi. Ia sendiri. Ia hidup dari memungut botol bekas.

Sampai di situ, suasana menjadi hening. Air mata mulai menetes. Tapi belum sempat suasana itu menjadi pelajaran… datanglah teriakan.

Bukan dari ibu lain. Bukan dari tetangga si ibu. Tapi dari sekelompok suporter Persikas . Mereka mengangkat spanduk. Menuntut penyelamatan klub kebanggaannya.

Kang Dedi diam dulu. Tapi suaranya makin keras. Makin mendominasi. Makin kehilangan rasa.

Saat itulah ia berdiri. Dan marah.

Marahnya bukan soal bola. Bukan soal klub. Tapi soal rasa. Karena forum itu bukan tempat untuk membahas stadion dan sepakbola.

Itu tempat untuk bicara penderitaan. Tentang hidup. Tentang anak-anak yang harus sekolah dari hasil jual botol.

“Ini bukan forum Persikas. Ini forum rakyat. Forum saya,” katanya tegas.

Dan benar. Setelah itu, banyak yang bicara. Banyak yang menulis. Banyak yang—dalam istilah Kang Dedi sendiri—“menggoreng” kemarahannya. Ia tahu itu akan datang. Tapi ia memilih tetap bicara.

“Saya pasrah kalau mau digoreng. Tapi saya marah karena rasa kemanusiaan saya terusik,” ujarnya.

Ia tidak sedang mencari pembelaan. Juga tidak sedang meraih panggung. Tapi seperti biasa, ia ingin peristiwa itu jadi pelajaran.

Bahwa muda saja tidak cukup. Harus tahu tempat. Harus tahu waktu. Harus tahu kapan mendahulukan orang lain, dan kapan menyuarakan diri sendiri.

Itulan salah satu alasan yang ia sampaikan soal kenapa ia marah besar ke suporter Persikas saat acara di tersebut.

Ia bilang: “Saya lebih memilih dimusuhi karena membela nurani, daripada disukai karena diam melihat yang tidak pantas.”

Itu bukan emosi. Itu kesadaran.

menyatakan bahwa baginya lebih penting mendidik masyarakat daripada mengejar popularitas. “Jadi pemimpin emosional dan dijadikan bahan olok-olok bagi saya tidak penting. Yang penting adalah mendidik rakyat,” tutupnya.

Dan malam itu, di , seorang pemimpin mengajari publik bahwa marah bisa jadi bagian dari pendidikan.

Dengan syarat: marahlah karena rasa.***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here