Bogordaily.net – Kecelakaan maut di Exit Tol Sentul Bogor terjadi lagi.
Langit masih kelabu, seolah enggan menyambut Sabtu, 31 Mei 2025. Di antara embusan kabut tipis dan lalu lintas yang mulai padat di akhir pekan, satu suara tiba-tiba membelah keheningan: suara logam menghantam beton. Lalu diam. Lalu, pelan-pelan, suara sirine terdengar, mendekat perlahan.
Di Exit Tol Sirkuit Sentul. Mobil putih itu sudah tidak berbentuk. Atapnya remuk, bodinya terbalik — seperti ikan mati yang hanyut terbawa arus.
Ban belakangnya berputar sendiri, seolah belum ingin berhenti meski semuanya sudah selesai.
Entah siapa pengemudinya. Polisi masih memasang garis kuning. Petugas medis sudah di tempat, berdiri kaku dengan wajah tanpa ekspresi.
Tak ada keramaian berlebih, hanya beberapa pengendara yang melambat, menoleh, memotret dengan ponsel — lalu pergi, membawa foto itu sebagai oleh-oleh pagi yang kelam.
Belum ada penjelasan. Belum jelas siapa yang salah. Tapi mungkin kita semua tahu siapa yang seringkali lupa. Kita sendiri.
Exit tol Sentul ini memang rawan. Banyak yang keluar tol dalam kecepatan tinggi, masih terbawa euforia ngebut dari Jagorawi.
Dengan pembatas beton yang tidak memberi ruang untuk kesalahan. Cukup sedikit saja hilang fokus — satu pesan masuk, satu tangan menyentuh layar — maka bunyi rem mendadak bisa berubah jadi jerit terakhir.
Belum ada kepastian penyebab kecelakaan maut di Exit tol Sentul itu. Tapi hasil akhirnya nyata: satu mobil putih terkapar, satu nyawa — atau mungkin lebih — entah masih selamat atau tidak.
Kita selalu tergesa di jalan raya. Kita merasa jalan tol adalah tempat adu cepat. Lupa bahwa exit itu harusnya untuk melambat — bukan menantang batas.
Hari ini satu mobil terbalik dalam kecelakaan maut di exit tol Sentul Bofor. Besok bisa mobil kita. Karena itu, pelan-pelanlah saat keluar tol. Jangan menunggu nama kita jadi berita.***