Bogordaily.net – Pada fase awal masa kepemimpinannya, tepatnya di 100 hari pertama menjabat sebagai Bupati Bogor, Rudy Susmanto, memberikan kabar menggembirakan yang patut disambut dengan antusiasme dan rasa syukur, terutama oleh kalangan nahdliyin di seluruh pelosok Kabupaten Bogor.
Salah satu langkah nyata yang mencerminkan keberpihakan dan penghormatan terhadap sejarah serta nilai-nilai perjuangan tokoh-tokoh bangsa adalah perubahan nama RSUD Ciawi menjadi RSUD Dr. KH. Idham Chalid.
Keputusan strategis ini bukan hanya sekadar penggantian nama semata, melainkan mengandung nilai simbolik yang kuat serta menyiratkan pesan moral yang dalam.
Mengabadikan Sosok Tokoh Nasional
Pemilihan nama Dr. KH. Idham Chalid sebagai nama baru RSUD tersebut tentu bukan tanpa alasan. Ada dua poin utama yang sangat relevan. Pertama, Dr. KH. Idham Chalid merupakan tokoh penting yang pernah menjabat sebagai Menteri Kesejahteraan Rakyat RI.
Di masa hidupnya, beliau dikenal sebagai kiai karismatik dari Nahdlatul Ulama (NU) yang memiliki perhatian luar biasa terhadap sektor kesehatan, terutama pelayanan bagi anak-anak dan masyarakat kecil.
Komitmennya untuk mendorong akses layanan kesehatan yang lebih manusiawi telah melahirkan berbagai inisiatif yang patut dikenang.
Kedua, selain perannya di bidang sosial dan kesehatan, Idham Chalid adalah Pahlawan Nasional dan tokoh sentral dalam sejarah perjuangan NU dan bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, keputusan Bupati Bogor layak mendapat apresiasi tinggi. Ini bukan hanya soal mengenang jasa, tetapi juga menjadi bentuk konkret dari penghormatan kepada tokoh bangsa yang telah mendedikasikan hidupnya demi kesejahteraan rakyat dan kemajuan negara.
Langkah ini juga memperlihatkan arah kepemimpinan yang memiliki visi kebangsaan yang inklusif dan berakar pada nilai-nilai religius serta sosial yang kuat.
Kharisma Tak Lekang oleh Zaman
Kebijakan ini juga menjadi panggung yang mempertegas kembali kharisma dan keteladanan Dr. KH. Idham Chalid di tengah masyarakat. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kehadiran nama beliau dalam ruang publik seperti rumah sakit akan menjadi pengingat akan legacy perjuangannya.
Sosok yang wajahnya kini diabadikan dalam mata uang rupiah ini bukan hanya dikenal di kalangan nahdliyin, tetapi juga oleh masyarakat Indonesia secara luas sebagai tokoh yang bijaksana dan penuh integritas.
Selama 28 tahun menjabat sebagai Ketua Umum PBNU sejak 1956 hingga 1984, Idham Chalid telah membuktikan kemampuannya memimpin organisasi Islam terbesar di Indonesia dengan penuh kebijaksanaan. Salah satu cerita legendaris adalah saat ia menemani KH.
Wahab Chasbullah menyapa cabang-cabang Partai NU jelang Pemilu 1955. Ini menjadi bukti kedekatan emosional dan spiritualnya dengan para kiai pesantren dan umat secara luas. Ketaatannya kepada para ulama menjadikannya figur yang disegani dan mampu bertahan lama di kepemimpinan tertinggi NU.
Perjalanan Panjang Menuju Panggung Nasional
Kharisma yang melekat pada diri almarhum tidak datang secara instan. Ia meniti karier dari bawah, memulai langkah dari tanah kelahirannya di Amuntai, Kalimantan Selatan, hingga akhirnya menjelma menjadi tokoh nasional.
Sikapnya yang sederhana dan tidak gemar menonjolkan diri menjadi salah satu kekuatan dalam membangun hubungan sosial yang tulus. Dalam rentang kariernya, ia pernah menjabat di berbagai lembaga tinggi negara dan memimpin partai politik, menunjukkan bahwa kiprahnya benar-benar lintas sektor dan lintas zaman.
Menurut pemikiran Max Weber tentang kharisma, seseorang dikatakan memiliki kharisma jika mampu menginspirasi dan memperoleh pengakuan melalui interaksi sosial yang konsisten.
Dalam konteks ini, Idham Chalid adalah contoh nyata bagaimana kharisma sejati tumbuh dari keikhlasan, pengabdian, dan kepekaan terhadap kebutuhan masyarakat.
Penamaan RSUD dengan nama tokoh bangsa merupakan bentuk konkret dari politik rekognisi, yakni pengakuan simbolik dan substantif terhadap jasa seorang tokoh atau kelompok masyarakat.
Ini selaras dengan gagasan dari filsuf Axel Honneth yang menyebutkan bahwa pengakuan (recognition) merupakan bagian penting dari keadilan sosial, karena setiap individu atau kelompok membutuhkan apresiasi atas identitas dan kontribusinya dalam kehidupan publik.
Dalam hal ini, Pemerintah Kabupaten Bogor, melalui kepemimpinan Rudy Susmanto, telah menjalankan peran strategis dalam membangun ruang pengakuan yang layak.
Ini menjadi contoh bagaimana pemerintah daerah bisa mengambil langkah konkret yang berdampak besar dalam membangun identitas kolektif dan menumbuhkan rasa kebanggaan di kalangan masyarakat.
Penamaan RSUD Dr. KH. Idham Chalid tidak hanya memperkuat identitas lokal dan nasional, tetapi juga membuka ruang pembelajaran sejarah yang inspiratif bagi generasi muda.
(Achmad Ubaidillah/ Pesantren Al-Falak, Pagentongan Bogor
Nahdliyin Bogor)