Friday, 30 May 2025
HomeOpiniSelf Motivation: Kunci Anak Muda Menghadapi ‘Burnout’ di Tengah Tren Hustle

Self Motivation: Kunci Anak Muda Menghadapi ‘Burnout’ di Tengah Tren Hustle

Bogordaily.net – Anak muda jaman sekarang hidup di tengah perubahan yang sangat cepat. Teknologi berkembang pesat, informasi mudah didapat, dan persaingan di dunia kerja maupun pendidikan semakin ketat. Tidak heran, banyak anak muda merasa harus terus bekerja keras, bahkan sampai kelelahan. Fenomena ini dikenal dengan istilah ‘‘, yaitu kondisi kelelahan fisik, emosional, dan mental akibat stres yang berkepanjangan. Salah satu faktor yang memperparah adalah ‘hustle culture’.

Apa Itu Tren Hustle Culture?

Hustle culture adalah budaya atau gaya hidup yang menganggap bahwa untuk menjadi sukses, seseorang harus bekerja keras tanpa henti, bahkan sampai mengorbankan waktu istirahat dan kehidupan pribadi. Dalam hustle culture, produktivitas tinggi dianggap sebagai kunci utama menuju kesuksesan, sehingga banyak orang yang merasa harus selalu sibuk dan produktif setiap saat. Mereka yang terjebak dalam hustle culture sering merasa bersalah jika beristirahat atau mengambil waktu untuk diri sendiri.

Menurut psikolog, hustle culture adalah budaya yang membuat seseorang menganut workaholism atau gila kerja, di mana tidak ada hari tanpa bekerja dan kehidupan pribadi sering terabaikan. Bahkan, ada anggapan bahwa hanya dengan mendedikasikan hidup untuk pekerjaan dan bekerja sekeras-kerasnya, seseorang bisa mencapai sukses. Hustle culture juga sering dipicu oleh media sosial, di mana banyak orang memamerkan kesibukan dan pencapaian mereka, sehingga membuat anak muda lain merasa harus terus bekerja keras agar tidak tertinggal.

bukan sekadar rasa lelah biasa. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), adalah sindrom yang dipahami sebagai hasil dari stres kronis di tempat kerja yang tidak berhasil dikelola. ditandai dengan perasaan kelelahan atau kehabisan energi, meningkatnya jarak mental dari pekerjaan, serta berkurangnya efektivitas profesional.

Di tengah tren hustle culture yang semakin populer, banyak anak muda merasa harus bekerja tanpa henti agar tidak ketinggalan. Padahal, tanpa istirahat dan keseimbangan, risiko justru semakin besar.

Penyebab di Kalangan Anak Muda

Ada beberapa hal yang membuat anak muda rentan mengalami :

Tekanan Akademik dan Profesional:

Banyak mahasiswa dan pekerja muda yang harus membagi waktu antara kuliah, kerja, dan aktivitas lain. Tuntutan untuk mendapat nilai bagus, menyelesaikan tugas tepat waktu, dan bersaing dengan teman sebaya membuat hidup jadi penuh tekanan.

Ekspektasi Sosial dan Budaya Hustle:

Media sosial memperparah situasi karena menampilkan standar sukses yang tinggi. Budaya hustle culture membuat banyak anak muda merasa harus terus bekerja keras tanpa jeda.

Ketidakpastian Masa Depan:

Banyak anak muda yang khawatir akan masa depan karir dan keuangan. Hal ini membuat mereka memaksakan diri untuk bekerja lebih keras, tanpa memperhatikan kesehatan mental mereka sendiri.

Dampak pada Anak Muda

tidak hanya membuat badan lelah, tapi juga berpengaruh pada kesehatan mental dan kualitas hidup. Gejala umumnya adalah kelelahan berkepanjangan, susah tidur, susah konsentrasi, serta munculnya rasa cemas dan depresi. Jika tidak diatasi, burnout bisa membuat seseorang kehilangan motivasi, produktivitas menurun, bahkan merasa putus asa.

Self-Motivation: Kunci Bertahan di Tengah Burnout

Untuk menghadapi burnout, self-motivation atau motivasi dari dalam diri sangat penting. Self-motivation adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, menemukan tujuan, dan tetap berjalan meski tantangan membelit. Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan anak muda untuk membangun self-motivation dan mencegah burnout:

Menetapkan Tujuan yang Jelas dan Realistis

Tentukan target yang spesifik dan bisa dicapai. Dengan tujuan yang jelas, energi dan fokus bisa diarahkan dengan lebih baik.

Manajemen Waktu dan Prioritas

Atur waktu dengan baik dan tentukan mana tugas yang paling penting. Teknik seperti time management matrix atau metode Eisenhower bisa membantu mengatur prioritas.

Membangun Ketahanan Mental

Melatih diri untuk tetap kuat menghadapi tantangan dan kegagalan. Meditasi, mindfulness, dan olahraga teratur bisa meningkatkan ketahanan mental.

Membangun Dukungan Sosial yang Positif

Bergaul dengan teman atau mentor yang suportif sangat membantu menjaga motivasi dan kesehatan mental. Berbagi pengalaman dan masalah bisa memberi solusi baru dan membuat kita merasa tidak sendiri.

Refleksi Diri dan Evaluasi Berkala

Lakukan evaluasi diri secara berkala. Dengan begitu, kita bisa tahu kelebihan, kekurangan, dan hal apa saja yang perlu diperbaiki.

Membuat Batasan yang Sehat

Jangan takut untuk mengatakan “tidak” jika beban sudah terlalu berat. Membuat batasan antara waktu kerja dan waktu istirahat sangat penting untuk mencegah burnout.

Melakukan Aktivitas yang Disukai

Jangan lupa untuk melakukan hal-hal yang disukai di luar pekerjaan atau kuliah. Hobi, olahraga, atau sekadar menghabiskan waktu bersama teman bisa membantu mengisi ulang energi dan semangat.

Merayakan Keberhasilan Kecil

Jangan ragu untuk merayakan keberhasilan kecil. Setiap langkah yang berhasil dijalani patut diapresiasi, karena ini bisa membantu menjaga motivasi dan rasa percaya diri.

Peran Lingkungan dalam Mencegah Burnout

Selain motivasi dari dalam diri, dukungan dari lingkungan juga sangat penting. Sekolah, kampus, dan tempat kerja bisa membantu dengan memberikan pelatihan keterampilan hidup, konseling psikologis, serta program kesehatan mental. Tempat kerja juga perlu menciptakan lingkungan yang mendukung keseimbangan hidup dan kesehatan mental karyawan.

Penutup

Burnout adalah masalah nyata yang dihadapi anak muda di tengah tren hustle culture yang semakin populer. Namun, dengan membangun self-motivation melalui penetapan tujuan, manajemen waktu, ketahanan mental, dukungan sosial, refleksi diri, dan batasan yang sehat, anak muda bisa bertahan dan berkembang di tengah tekanan yang kian meningkat.

Dengan pendekatan yang seimbang dan dukungan dari lingkungan, anak muda tidak hanya mampu bertahan dari burnout, tetapi juga meraih potensi terbaik mereka secara berkelanjutan. ***

Penulis: Galuh Nandita Putri (Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here