Bogordaily.net – Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, kini menjelma menjadi desa mandiri yang terus berkembang, jauh meninggalkan predikat desa tertinggal yang dulu melekat padanya.
Di balik transformasi ini, terdapat peran besar seorang pemimpin muda yang penuh semangat dan kreativitas, yaitu Yusuf Mustofa, Kepala Desa Purwasari yang kini memasuki periode keduanya menjabat.
Yusuf bukan hanya dikenal sebagai kepala desa, tetapi juga sebagai pribadi yang aktif dalam dunia seni dan olahraga. Ia pernah membentuk sebuah band dan menjadi drumer, beradu akting di film pendek, serta terlibat dalam berbagai kegiatan kebudayaan lokal.
Jiwa seninya itulah yang membentuk karakternya sebagai pemimpin yang humanis dan dekat dengan masyarakat dari berbagai lapisan.
Digitalisasi Pelayanan
Salah satu langkah besar yang diambil Yusuf dalam memimpin adalah memanfaatkan kemajuan teknologi untuk membangun sistem pelayanan desa yang lebih efisien, transparan, dan menjangkau seluruh warga.
Ia melihat potensi digitalisasi sebagai solusi untuk mempercepat layanan administrasi serta membuka akses informasi pembangunan dan keuangan desa secara terbuka bagi semua masyarakat, termasuk mereka yang berada di luar daerah.
“Digitalisasi pelayanan ini sangat penting agar semua warga, baik yang tinggal di desa maupun yang merantau, tetap bisa memantau dan terlibat dalam pembangunan desa. Ini bentuk transparansi kami sebagai penyelenggara pemerintahan desa,” ungkap Yusuf.
Dengan pendekatan berbasis teknologi, Desa Purwasari kini memiliki sistem pengelolaan yang lebih modern. Proses perencanaan pembangunan, alokasi anggaran, hingga pelaporan kegiatan dilakukan secara digital.
Langkah ini memberikan kepercayaan lebih kepada masyarakat serta meningkatkan partisipasi mereka dalam setiap program desa.
Teknologi dan Gotong Royong
Namun, Yusuf juga menekankan bahwa kemajuan teknologi harus tetap dibarengi dengan nilai-nilai lokal seperti gotong royong. Ia mengibaratkan masyarakat sebagai organisme lokal yang membentuk identitas dan entitas desa.
“Dengan organisme lokal akan membentuk tatanan dan karakteristik masyarakat dalam identitas dan entitas. Karena yang menentukan adalah mikroorganisme lokal. Sehingga kalau sudah tidak ada gotong royong, itu artinya antusias masyarakat dalam pembangunan bisa dikatakan minus,” ujarnya.
Dalam aspek pembangunan fisik, Yusuf telah mendorong berbagai proyek infrastruktur yang langsung menyentuh kebutuhan warga. Salah satunya adalah betonisasi jalan desa yang dulu hanya bisa dilalui kendaraan roda dua.
Kini, dengan kondisi jalan yang jauh lebih baik, kendaraan roda empat pun bisa mengakses wilayah pertanian untuk mengangkut hasil panen dengan lebih mudah dan cepat.
Kemajuan Infrastruktur di Desa Purwasari
Kemajuan infrastruktur ini turut membawa dampak positif bagi perekonomian warga. Jika sebelumnya masyarakat hanya mengandalkan pertanian sebagai satu-satunya mata pencaharian, kini banyak warga mulai merambah ke sektor perdagangan. Selain itu, regenerasi petani juga mulai terlihat.
Anak-anak muda yang dulu enggan turun ke sawah kini banyak yang kembali memilih bertani sebagai profesi.
“Dengan begitu, ada pula mata pencarian tambahan dari yang awalnya hanya bertani, sekarang beberapa ada yang berdagang. Regenerasi petani yang sudah berusia tua, sekarang banyak dari anak muda yang beraktivitas sebagai petani,” jelas Yusuf.
Semua kemajuan ini tak lepas dari gaya kepemimpinan Yusuf Mustofa yang inklusif dan terbuka terhadap gagasan baru.
Ia terus mendorong partisipasi aktif dari warga, menjaga harmonisasi antar elemen masyarakat, dan tetap mengakar pada budaya lokal.
Menurutnya, pembangunan yang sukses bukan hanya soal bangunan yang berdiri, tetapi juga bagaimana masyarakatnya tumbuh bersama dengan semangat kolektif.
(Hipzy Aiman)