Thursday, 19 June 2025
HomeKabupaten Bogor4 Pelajar Tewas, Mahasiswa Rumpin Jalan Kaki 26 KM Tuntut Realisasi Jalur...

4 Pelajar Tewas, Mahasiswa Rumpin Jalan Kaki 26 KM Tuntut Realisasi Jalur Tambang Bogor

Bogordaily.net – Mahasiswa Bogor long march alias jalan kaki sepanjang 26 kilo meter (KM) untuk menyampaikan aspirasinya soal jalur tambang Bogor.

Mereka berjalan dari arah utara. Menembus panas. Menembus lelah. Belasan mahasiswa dari berjalan kaki menuju pusat kekuasaan: Cibinong.

Ini bukan biasa. Bukan pula sekadar protes. Ini long march. Jalan kaki sejauh 26 kilometer, demi satu hal yang bagi mereka terlalu lama diabaikan: realisasi jalur tambang Kabupaten Bogor.

Bermula dari Tugu pagi itu, Kamis 19 Juni 2025. Mereka berjalan perlahan, membawa poster. Isinya lugas: “Realisasi Jalur Tambang”. Bukan tuntutan baru. Tapi kali ini mereka bawa dengan langkah kaki.

Ada yang menyebut ini aksi sia-sia. Tapi bukankah semua perubahan besar kadang lahir dari langkah-langkah kecil yang dianggap tak penting?

Di Desa Kuripan, Kecamatan Ciseeng, mereka sempat berhenti. Nafas diatur ulang.

Ketua Himpunan Mahasiswa (HMR), Ananda Sugiharto, bicara pelan tapi tajam:

“Kami kecewa. Prihatin. Berduka. Empat pelajar mati tertabrak truk tambang. Dalam waktu kurang dari sebulan.”

Lalu ia menambahkan, “Kalau ini bukan soal kemanusiaan, lalu apa?”

Jalur Tambang dan Empat Nyawa yang Hilang

Ini bukan sekadar isu infrastruktur. Ini sudah jadi soal nyawa. Empat pelajar jadi korban di jalur yang dipenuhi truk tambang. Jalan umum yang mestinya untuk warga, kini jadi jalur maut.

Truk-truk tambang itu seperti monster jalanan. Besar, berat, dan tak kenal waktu.

Maka dalam aksinya, mahasiswa menyerukan satu hal sederhana tapi sulit diwujudkan: “Realisasikan Jalur Khusus Tambang.”

Kenapa sulit? Mungkin jawabannya ada di ruang-ruang rapat Pemkab. Mungkin juga di meja para pemodal tambang.

Atau mungkin karena isu ini dianggap “biasa saja” oleh mereka yang belum kehilangan anak di jalan itu.

Empat Tuntutan, Satu Harapan

Tema aksi mahasiswa Bogor ini bukan hanya soal jalur khusus tambang. Tuntutannya ditulis besar-besar di flyer digital mereka:

LONG MARCH RAKYAT – Aksi Jalan Kaki, Demi Hak yang Dilangkahi.

Dan di balik kalimat dramatis itu, terselip empat tuntutan:

  1. Hidupkan kembali Perbup No. 56 Tahun 2023. Tentang jam operasional truk tambang. Sudah ada aturan, tapi tak ditegakkan. Truk masih berkeliaran 24 jam.
  2. Realisasi Jalur Khusus Tambang. Truk jangan lewat jalan warga. Bangun jalur sendiri.
  3. Penerangan Jalan Umum (PJU). Terlalu banyak titik gelap. Terlalu banyak celah maut.
  4. Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang Layak. Sakit tak boleh dirujuk belasan kilometer hanya karena Puskesmas tak mampu tangani.

Ditengah aksinya itu, mereka juga tahu belum tentu ada pejabat yang menyambut.

Tapi, seperti kata Ananda, “Kami tidak sedang meminta, kami sedang mengingatkan.”

Itu sebabnya mereka tidak naik mobil. Mereka tidak teriak-teriak di media sosial. Mereka memilih cara lama: berjalan kaki. Karena, kadang suara paling keras justru datang dari langkah yang senyap.***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here