Bogordaily.net – Bek termahal di Asia Tenggara itu bukan dari Thailand, bukan dari Malaysia, apalagi Singapura.
Ia adalah kapten Timnas Indonesia. Namanya Jay Idzes. Lahir dan besar di Belanda, tapi kini ia lebih merah putih dari banyak orang yang lahir di bumi pertiwi.
Ia bukan cuma bek tengah biasa. Ia adalah simbol transformasi sepak bola Indonesia yang diam-diam mulai bergerak ke arah yang lebih berani, lebih modern, dan lebih kompetitif.
Jay Idzes memang punya cerita sendiri. Ia datang bukan sebagai penyelamat, tapi sebagai penguat.
Saat banyak orang meragukan pemain naturalisasi, Idzes datang dan memberi bukti. Bukan janji.
Ia bukan tipikal pemain yang bicara lewat media sosial. Ia bicara lewat ketenangan di lini belakang, lewat duel udara, lewat intersep, dan yang paling mahal: kepemimpinan.
Naturalisasi yang Tak Sia-Sia
Bek termahal di Asia Tenggara itu mulai mengenakan lambang Garuda pada dada pada 21 Maret 2024. Lawannya saat itu: Vietnam.
Hasilnya: kemenangan. Tapi lebih dari sekadar menang, kehadiran Idzes langsung terasa.
Pertahanan yang dulu mudah retak, mendadak sulit ditembus. Sejak itu, ia menjadi pilar tak tergantikan.
Idzes bukan bek dengan gaya flamboyan. Ia tenang. Rasional. Jarang panik. Tapi satu yang paling menonjol: ia tahu kapan harus bertahan dan kapan harus membangun serangan.
Dan pelan-pelan, publik mulai mengenal dan mencintai sosok tinggi besar yang memilih Indonesia sebagai rumahnya itu.
Ia bahkan mencetak gol saat melawan Vietnam di pertemuan kedua pada 26 Maret 2024.
Gol dari seorang bek bukan hal yang biasa. Tapi untuk Idzes, itu adalah simbol: bahwa dirinya bukan cuma tembok pertahanan, tapi juga senjata tersembunyi dalam bola mati.
Angka yang Bersuara
Bek termahal di Asia Tenggara itu kini bernilai Rp130,36 miliar. Naik drastis dari akhir tahun lalu yang hanya Rp15,64 miliar.
Dalam hitungan bulan, nilainya meroket hampir sepuluh kali lipat. Ini bukan sulap. Ini kerja keras.
Dan ini juga tanda bahwa sepak bola Indonesia sedang berada di jalur yang benar, meski jalannya masih panjang dan penuh rintangan.
Ia kini mengalahkan Mees Hilgers, bek muda asal Belanda juga, yang pernah digadang-gadang akan jadi bek naturalisasi Indonesia.
Tapi Hilgers tetap memilih jalan biru negeri kincir angin. Sementara Idzes, memilih jalan merah putih. Dan kini, nilainya pun melampaui: Rp130,36 miliar vs Rp122 miliar.
Meski klubnya Venezia terdegradasi dari Serie A ke Serie B, pasar tetap bicara. Performa Idzes tetap stabil. Bahkan meningkat.
Dan kabarnya, klub-klub besar Italia seperti AC Milan, Inter Milan, hingga Napoli diam-diam sudah mencatat namanya di daftar buruan.
Beban di Bahu, Garuda di Dada
Tentu, harga mahal bukan tanpa beban. Menjadi bek termahal di Asia Tenggara bukan hanya tentang nilai pasar.
Tapi juga tentang ekspektasi. Apalagi sekarang dia juga kapten. Ia adalah jenderal pertahanan, motivator di lapangan, dan simbol dari keberhasilan naturalisasi Indonesia yang selama ini penuh pro dan kontra.
Kontraknya bersama Venezia masih panjang. Sampai 2027. Tapi tak ada yang tak mungkin dalam sepak bola.
Apalagi ketika seorang pemain sudah menembus batas nasional dan mulai diperebutkan klub-klub elit Eropa.
Dan kalau benar nanti Idzes berseragam AC Milan, siapa tahu, ia akan jadi inspirasi bagi banyak talenta lokal: bahwa memakai bendera Indonesia tak pernah jadi penghalang untuk bermimpi tinggi.
Terkadang, sebuah keputusan kecil bisa mengubah arah sejarah. Jay Idzes memutuskan menjadi WNI. Kini, ia adalah bek paling mahal se-Asia Tenggara. Dan kisah ini baru dimulai.***