Friday, 13 June 2025
HomeKota BogorDiam-diam Dites, Kini Tinggal Tunggu Tanda Tangan Dedie Rachim, Siapa Sekda Pilihan...

Diam-diam Dites, Kini Tinggal Tunggu Tanda Tangan Dedie Rachim, Siapa Sekda Pilihan Wali Kota Bogor?

Bogordaily.net – Siapa Sekretaris daerah (Sekda) pilihan Wali Kota Bogor ? Tidak ada yang tahu kecuali Dedie sendiri.

Tapi jika dibayangkan mungkin seperti ini. duduk sendiri malam-malam.

Membuka lagi berkas-berkas penilaian. Tujuh nama calon Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bogor yang sudah ada di meja kerjanya.

Tertulis rapi. Dilengkapi skor, rekam jejak, nilai assessment, dan yang lebih penting catatan personal dari tim seleksi.

Tapi tetap saja, yang akan ia pilih hanya satu.

Prosesnya panjang. Tidak seperti dulu yang lewat open bidding, kali ini pemilihan Sekda dilakukan secara lebih senyap tapi bukan berarti sembarangan.

Ada perubahan regulasi dari pusat. Ada Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2020 yang kini menjadi dasar.

Birokrasi memang kadang lebih suka memulai dari perubahan aturan, bukan dari perubahan perilaku.

Tapi ya sudahlah.

Yang jelas, Kota Bogor sedang mencari Sekda definitif. Sudah terlalu lama dijabat pelaksana tugas.

Dan kali ini, tujuh nama sudah disiapkan hasil pemetaan talenta oleh BKPSDM.

Mereka semua orang dalam. Orang-orang yang sudah cukup lama di orbit kekuasaan Pemkot.

Ini bukan kompetisi orang luar masuk. Ini seperti memilih kapten dari sesama perwira kapal yang sudah lama berlayar bersama.

Siapa saja mereka?

Sri Nowo Retno – Kepala Dinas Kesehatan.
Eko Prabowo – Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat.
Deni Mulyadi – Kepala BKAD.
Taufik Hidayat – Kepala Dispora.
Juniarti Estiningsih – Kepala Disperumkim.
Rakhmawati – Asisten Administrasi Umum.
Hanafi – Pj Sekda.

Tidak ada yang tahu siapa di antara mereka yang paling kuat secara politis. Tapi semua bisa melihat siapa yang paling lengkap di atas kertas.

Karena tim pansel menilai dari banyak sudut: talenta, pengalaman jabatan eselon II, nilai reformasi birokrasi, hingga kemampuan mengelola anggaran.

Porsinya pun sudah dibagi. Seolah birokrasi bisa diterjemahkan dalam rumus.

Tapi semua juga tahu, keputusan akhir bukan soal angka. Ini soal chemistry. Soal siapa yang bisa kerja bareng wali kota Bogor .

Soal siapa yang bisa mengartikan satu anggukan, satu lirikan, atau satu desahan napas dari kursi kekuasaan.

Uji kompetensi sudah dilakukan pertengahan Mei lalu. Ada uji manajerial, sosial kultural, dan tentu saja teknis.

Menulis makalah, lalu memaparkan gagasan langsung di depan tim seleksi. Gaya lama, tapi tetap ampuh untuk menyaring siapa yang hanya pandai bicara dan siapa yang benar-benar mengerti isi dapur birokrasi.

Tiga nama terbaik akan muncul dari situ. Dan akan langsung masuk ke tangan wali kota.

Lalu siapa Sekda pilihan Wali Kota Bogor ?

Itu masih rahasia. Tapi semua sudah tahu: dari tujuh akan jadi tiga. Dari tiga akan jadi satu. Dan dari satu itulah, Bogor akan tahu arah birokrasi ke depan.

Apakah pilihannya akan politis? Ataukah murni birokratik? Ataukah campuran karena kita tahu, tidak ada birokrasi yang betul-betul steril dari politik.

Seorang wali kota ada yang pernah pernah bilang: “Saya bisa lari 100 meter dalam 12 detik, tapi Sekda saya harus bisa menjaga agar mesin maraton tetap jalan.”

Dan kini pasti sedang memikirkan itu sekarang. Tujuh nama itu bukan soal siapa yang terbaik. Tapi siapa yang paling pas.

Karena, dalam birokrasi, yang “terbaik” belum tentu “tertepat”.***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here