Bogordaily.net – Gaji pramugari Garuda Indonesia tiba-tiba ikut menjadi bahan pembicaraan publik minggu ini.
Bukan karena ada lowongan besar-besaran. Bukan pula karena ada demo soal upah. Tapi karena iPhone.
Ya, karena sebuah iPhone yang hilang di langit antara Jakarta dan Australia.
Michael Tjendara tak pernah menyangka, perjalanan udara dengan Garuda Indonesia pada 6 Juni lalu akan menjadi cerita viral.
Perjalanan itu harusnya biasa saja: naik dari Soekarno-Hatta, turun di negeri kanguru. Tapi saat ia merogoh kantong di kursi pesawat—di mana iPhone-nya biasa ia simpan—yang ia dapati adalah kekosongan.
Hilang.
iPhone itu lenyap di tengah awan. Tak ada yang tahu ke mana. Tak ada yang tahu siapa. Tapi kabarnya, seluruh kru kabin GA716 langsung dibebastugaskan sementara. Maskapai pun meminta maaf—resmi.
Cerita ini pun menyebar cepat. Apalagi Michael bukan nama biasa. Ia pengusaha. Di profil Instagram-nya yang kini jadi sorotan, tercantum jabatan sebagai CEO Purityfic Vitamin Australia.
Dan dari sinilah topik merembet ke mana-mana. Termasuk ke pertanyaan lama yang kembali menyeruak: gaji pramugari Garuda Indonesia itu berapa, sih?
Tak sedikit yang bertanya, karena pramugari kerap tampil dengan seragam rapi, senyum manis, dan pelayanan kelas satu. Mereka adalah wajah pertama dari sebuah maskapai. Tapi kehidupan mereka di balik layar tak selalu seindah di kabin.
Gaji pramugari Garuda Indonesia, menurut informasi yang tersebar, berkisar antara Rp15 juta hingga Rp30 juta per bulan. Itu sudah termasuk gaji pokok, uang terbang, uang makan, insentif, dan tunjangan khusus untuk rute-rute internasional.
Bagi pramugari junior, gaji dimulai dari Rp15 juta. Cukup untuk hidup layak di Jakarta, meski tentu bukan tanpa tekanan. Tugas yang panjang, jetlag, dan tatapan tajam penumpang jadi makanan harian.
Untuk pramugari senior, angka itu bisa naik signifikan. Bahkan bisa menyentuh Rp30 juta jika dihitung dengan jam terbang dan pengalaman. Gaji pokok mereka mungkin hanya Rp5-8 juta, tapi bonus-bonus lainnya membuat total slip gaji jadi cukup menggiurkan.
Namun uang bukanlah segalanya. Begitu iPhone hilang, tudingan langsung menyambar para kru.
Kini publik menanti hasil investigasi dari pihak maskapai. Michael sendiri tampaknya belum membuat laporan ke pihak berwajib. Tapi pihak Garuda menyatakan mendukung penuh jika ia ingin menempuh jalur hukum.
Di sinilah reputasi diuji. Sekaligus pertanyaan soal profesionalisme di udara kembali bergema.
Dan di tengah semua itu, kita semua bertanya-tanya—dan mungkin penasaran, sebagaimana Michael Tjendara yang kehilangan ponselnya: Gaji pramugari Garuda Indonesia sebenarnya cukup tidak, sih, untuk menjaga kepercayaan penumpang?
Atau justru, kepercayaan itu kini lebih mahal dari gaji bulanan mana pun?.***