Bogordaily.net – Dalam rangka memperingati Hari Jadi Bogor (HJB) ke-543, Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menyampaikan pesan penting yang menggugah tentang masa depan Kota Bogor.
Menurutnya, pertumbuhan dan modernisasi kota harus tetap berjalan seiring dengan pelestarian nilai-nilai sejarah yang telah menjadi identitas kuat bagi masyarakat Bogor.
Pernyataan ini disampaikan Dedi Mulyadi usai menghadiri Rapat Paripurna Istimewa DPRD Kota Bogor, yang digelar pada Selasa, 3 Juni 2025.
Dalam rapat paripurna tersebut, semangat reflektif dan harapan untuk kemajuan Kota Bogor bergema kuat, sejalan dengan usia kota yang sudah lebih dari lima abad.
“Kota Bogor memiliki nilai sejarah yang sangat kuat dan sejarahnya juga kokoh. Maka, Kota Bogor harus tumbuh seiring dengan perubahan zaman, tetapi tidak melupakan catatan perjalanan sejarah masa lalu,” ujar Dedi Mulyadi usai menghadiri acara Rapat Paripurna di DPRD Kota Bogor pada Selasa 3 Juni 2025.
Menurutnya, upaya menjaga nilai-nilai sejarah dapat diwujudkan melalui penguatan tata ruang dan pengembangan arsitektur yang harmonis dengan lingkungan sekitar.
Ia menilai penting untuk menjaga identitas visual Kota melalui pendekatan desain yang mencerminkan kekayaan budaya dan warisan sejarah Bogor.
“Salah satunya dengan memperkuat tata ruang, memperkuat arsitektur yang sesuai dengan lingkungannya,” jelasnya.
Lebih lanjut, Dedi juga mengajak Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, untuk bersama-sama menelusuri dan menemukan kembali lokasi bersejarah Kerajaan Pakuan Pajajaran yang menjadi asal-muasal Bogor.
“Saya mengajak Pak Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, mencari tempat sejarah yang dulu di mana sih adanya Pakuan Pajajaran itu,” katanya.
Dedi menggagas ide untuk membangun Kampung Pakuan, sebuah kawasan bersejarah yang akan merekonstruksi dan menghadirkan kembali kehidupan serta budaya masa Kerajaan Pakuan Pajajaran secara utuh, lengkap dengan elemen sejarah dan kebudayaan yang dapat dinikmati oleh masyarakat maupun wisatawan.
“Nanti dibikin Kampung Pakuan dengan kelengkapan dan sejarah Pakuan Padjajaran,” tutup Dedi Mulyadi.
(Ibnu Galansa)