Wednesday, 18 June 2025
HomeBeritaKisah Inspiratif Seorang Mohammad Dika Eka Firdaus di Dunia Pendidikan

Kisah Inspiratif Seorang Mohammad Dika Eka Firdaus di Dunia Pendidikan

Bogordily.net – Mohammad Dika Eka Firdaus, atau yang akrab disapa Dika, bukanlah sosok yang sejak awal bercita-cita menjadi pendidik. Namun, perjalanan hidupnya membawanya ke dunia akademik, di mana ia kini menjadi asisten dosen di Program Studi Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi IPB. Di balik perannya sekarang sebagai Asisten Dosen, Mohammad Dika Eka Firdaus memiliki perjalanan hidup yang penuh inspirasi. Lahir dan besar di Serang, Banten, pemuda berusia 25 tahun ini tidak pernah membayangkan bahwa suatu hari ia akan mengabdikan diri di dunia akademik. Namun, hidup selalu penuh dengan kejutan, dan bagi Dika, dunia pendidikan menjadi panggilan yang tak terduga namun bermakna.

Dika menempuh pendidikan sarjana di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, dengan jurusan Ilmu Komunikasi, dan lulus pada tahun 2021. Setelah menyelesaikan S1, kesempatan emas pun datang kepadanya. Pada tahun 2022, ia melanjutkan pendidikan pascasarjana di IPB University, mengambil Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan. Di sinilah jalannya sebagai akademisi mulai terbuka.

Menjadi Asisten Dosen di Sekolah Vokasi IPB bukanlah bagian dari rencana awalnya. Tawaran tersebut datang dari seorang teman sekelasnya di perkuliahan S2, yaitu Pak Fahmi Fuad Cholagi, seorang Asisten Dosen yang kini telah menjadi Dosen Tetap di Sekolah Vokasi IPB. Awalnya, Dika hanya ingin fokus pada studinya saja, namun ajakan untuk menjadi Asisten Dosen tersebut membuatnya berpikir ulang.

Pada akhirnya, di semester ketiga Dika mendapatkan lebih banyak waktu luang, sehingga ia pun menerima tawaran dari teman sekelasnya yaitu Pak Fahmi untuk menjadi Asisten Dosen.

Sebelum menjadi Asisten Dosen, Dika juga sebenarnya sudah memiliki pengalaman mengajar yang cukup berharga. Ia pernah menjadi guru di Yayasan Pondok Pesantren milik keluarganya selama kurang lebih tiga tahun. Selama masa kuliahnya di S1, ia sering pulang ke yayasan tersebut untuk membantu mengajar para santri.

Pengalaman ini memberikan pemahaman yang mendalam tentang dunia pendidikan dan membentuk cara pandangnya terhadap profesi pengajar. Dika mengakui bahwa pengalaman mengajarnya ini membuatnya lebih percaya diri saat menerima tawaran untuk menjadi Asisten Dosen.

Ia merasa bahwa menjadi pengajar dan Asisten Dosen adalah suatu kesamaan yaitu memberikan arahan dan pengajaran gitu kan kepada siswa. Pengalamannya sebagai guru di yayasan telah menjadi fondasi yang kuat bagi perjalanannya di dunia akademik.

Sejak saat itu, mulai dari tahun 2023, Dika telah menjadi Asisten Dosen di Sekolah Vokasi IPB dan mengajar beberapa mata kuliah di Program Studi Komunikasi Digital dan Media, seperti Diseminasi Informasi, Produksi Film dan Video, Presentasi dan Negosiasi, Perencanaan dan Pembelian Media, Kepemimpinan dan Pengembangan Karakter, Penulisan Kreatif, serta Komunikasi Lintas Budaya.

Selama hampir dua tahun, ia semakin mencintai dunia pengajaran dan mendapati bahwa peran ini lebih dari sekadar pekerjaan, ia berpikir bahwa hal ini adalah sebuah dedikasi.

Sebagai seorang Asisten Dosen, Dika memiliki berbagai tanggung jawab, mulai dari membantu perancangan materi praktikum, mendampingi mahasiswa dalam pembelajaran di kelas maupun di lapangan, hingga menginput nilai. Namun, tugas-tugas yang ia jalankan ini bukan tanpa tantangan. Terdapat banyak tantangana yang ia hadapi selama menjalankan tugas-tugas tersebut.

Salah satu tantangan terbesar yang ia hadapi adalah perbedaan pandangan antar dosen dalam satu mata kuliah. “Sering kali, dalam satu mata kuliah ada tiga sampai empat dosen dengan pemikiran yang berbeda-beda. Sebagai Asisten Dosen, kami harus bisa menyesuaikan diri dengan arahan masing-masing Dosen” ungkapnya. Solusinya adalah, ia berusaha menyesuaikan metode pengajaran dengan gaya setiap dosen, tanpa harus membenturkan satu pandangan dengan yang lain.

Tak hanya itu, menghadapi mahasiswa dengan karakter yang sangat beragam juga baginya menjadi tantangan tersendiri. Ada mahasiswa yang aktif bertanya, ada pula yang kurang disiplin dan cenderung membuat gaduh di kelas. “Awalnya, saya bukan tipe orang yang mudah berbaur,” akunya. “Tapi, saya belajar bahwa setiap mahasiswa itu punya cara belajar yang berbeda. Jadi Saya harus menyesuaikan diri dengan mereka.” Karena itu, ia belajar untuk lebih tegas dan bisa mengelola situasi di ruang kelas dengan baik.

Meskipun demikian, ada banyak pengalaman mengajar yang berkesan bagi dirinya. Di antara berbagai pengalaman mengajarnya, ada satu momen yang tak pernah terlupakan bagi Dika. Saat mengajar mata kuliah Presentasi dan Negosiasi, seorang mahasiswi melakukan roleplay sebagai pesulap. Di tengah penampilan sulapnya, mahasiswi itu tiba-tiba memberikan bunga hasil trik sulapnya kepada Dika. “Itu adalah momen yang sangat berarti bagi saya, dan saya masih menyimpan bunga itu sampai sekarang,” kenangnya.

Meskipun awalnya ia tidak bercita-cita untuk menjadi seorang dosen, pengalaman yang telah ia jalankan sebagai Asisten Dosen membuka peluang baru bagi Dika. Saat ini, ia mempertimbangkan untuk melanjutkan karirnya sebagai dosen di masa depan, baik di IPB maupun di kampus lain. Jika kesempatan untuk menjadi dosen datang, ia akan dengan senang hati mengambilnya. Namun, jika takdir membawanya ke jalur lain, ia akan tetap mencari pekerjaan yang dapat mendukung kehidupannya dan keluarganya nanti.

Selama berkarir di dunia pendidikan, salah satu pelajaran hidup yang paling berharga bagi Dika adalah keikhlasan. Menurutnya, menjadi seorang pengajar bukan hanya soal menyampaikan materi saja, tetapi juga tentang bagaimana cara memberikan ilmu dengan hati yang tulus. “Saat masih menjadi siswa, saya sering bertanya-tanya mengapa ada guru atau dosen yang terkesan ‘kok beliau seperti itu ya’ begitu.

Tetapi, setelah saya berada di posisi mereka, dan merasakan apa yang mereka alami, saya menyadari bahwa menjadi seorang pengajar yaitu guru ataupun dosen bukanlah hal yang mudah. Selain menyiapkan materi, seorang pengajar juga harus memahami karakter mahasiswa yang beragam, dan banyak juga hal lain yang harus dipersiapkan” jelasnya.

Dika menekankan bahwa di dalam dunia pendidikan, sebesar apapun gaji yang diterima, itu tidak akan pernah cukup untuk menggantikan dedikasi dan usaha yang diberikan oleh seorang pengajar. Sebab, nilai sejati dari profesi ini adalah ilmu yang terus diwariskan kepada generasi berikutnya, dan keikhlasan menjadi kunci utama demi ilmu yang terus mengalir.

Bagi generasi muda yang ingin mengambil langkah serupa untuk menjadi seorang Asisten Dosen, Dika menekankan tiga hal utama, yaitu: tanggung jawab, menghargai, dan menjadi teladan. Tanggung jawab berarti bagaimana cara kita agar bisa menjaga amanah dari dosen, menyiapkan bahan ajar dengan baik, dan memastikan mahasiswa yang kita ajar mendapatkan bimbingan yang optimal.

“Sebagai Asisten Dosen, kita dipercaya untuk membantu dosen dalam mengajar. Jadi, kita harus memastikan bahwa tugas ini dijalankan dengan sebaik mungkin agar tidak mengecewakan mereka,” ujar Mohammad Dika. Selain itu, menghargai sesama adalah nilai yang tidak kalah penting.

“Saat masih menjadi seorang mahasiswa, kita harus terbiasa menghargai dosen dan Asisten Dosen kita. Karena ketika nanti kita berada di posisi tersebut, kita akan memahami betapa menantangnya mengajar mahasiswa dengan berbagai karakter,” tambahnya.

Terakhir, Mohammad Dika menekankan pentingnya menjadi teladan. Sebagai seorang Asisten Dosen, kita harus mampu memberikan contoh yang baik bagi para mahasiswa, baik dari segi sikap, cara berpakaian, maupun etika berbicara. ” Seperti apapun karakter kita, kalau misalnya terkait aturan, berpakaian, berbicara, sopan santun, tentunya kita harus ikut dengan aturan tersebut. Karena, yang namanya aturan itu adalah nilai yang harus kita junjung.”

Mohammad Dika Eka Firdaus memberikan bukti nyata bahwa jalan hidup bisa membawa seseorang ke arah yang tak terduga, tetapi dengan ketekunan dan keikhlasan, setiap perjalanan akan menemukan maknanya. Dunia pendidikan kini bukan sekadar tempatnya bekerja, tetapi juga tempatnya menginspirasi dan bertumbuh. Ia adalah sosok yang membuktikan bahwa mengajar itu bukan hanya sekadar profesi, tetapi juga panggilan hati yang mampu memberikan dampak bagi banyak orang.***

Siti Rizka Aulia

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here