Thursday, 12 June 2025
HomeKota BogorPencuri Celana Dalam Tetangga di Katulampa Bogor Mengaku karena Punya Hasrat

Pencuri Celana Dalam Tetangga di Katulampa Bogor Mengaku karena Punya Hasrat

Bogordaily.net – Apa motif pelaku tetangga di Kota Bogor? Perlahan mulai terungkap.

Rumah pemilik celana dalam yang hilang itu biasa saja. Ukurannya sedang, seperti rumah-rumah lain di lingkungan padat Bogor Timur, Kota Bogor.

Tidak ada yang mencurigakan dari catnya yang mulai pudar, dari jemuran yang tergantung di belakang, atau dari wajah pemuda 26 tahun yang setiap pagi menyapa tetangganya sambil menghisap rokok murah.

Tapi siapa sangka, di balik dinding rumah sederhana itu, diam-diam tersimpan hasrat yang akhirnya melahirkan kegaduhan.

Namanya F. Hanya satu huruf itu yang disampaikan polisi kepada publik. Bukan karena misterius, tapi karena begitulah hukum bekerja: menjaga.

Namun, dalam dunia maya yang tidak mengenal privasi, wajah F sudah lebih dulu menyebar.

. Akunnya diburu, namanya ditebak-tebak, potongan rekaman CCTV memperlihatkan bagaimana ia mengambil celana dalam dari jemuran tetangganya—seolah itu benda yang sangat ia butuhkan.

Dan seperti kebanyakan kisah yang mencuat karena , polisi pun bergerak cepat.

“Kami amankan F di rumahnya setelah menerima laporan dari korban,” kata Ipda Eko Agus, Humas Polresta Bogor Kota.

Tapi tentu, cerita di baliknya jauh lebih panjang.

Hasrat Itu Bertetangga

F bukan orang jauh. Ia tinggal hanya beberapa rumah dari korban. Setiap pagi, ia melihat perempuan itu keluar rumah.

Kadang mengenakan daster, kadang hanya kaus dan celana pendek. Dan seperti banyak cerita di lingkungan padat, batas antara melihat dan memerhatikan bisa sangat tipis. Terlalu tipis.

“Motifnya, diduga pelaku punya hasrat ke korban,” kata Eko. Tapi ia buru-buru menambahkan bahwa ini masih didalami. Karena bisa jadi bukan sekadar itu.

Hasrat adalah kata yang rumit. Ia bisa berarti cinta yang tak tersampaikan, atau mungkin hanya dorongan nafsu liar yang tak tahu harus ke mana.

Tapi dari penuturan polisi, F bukan pelaku yang lihai. Ia tidak mencuri dengan teknik rumit.

Ia hanya melihat jemuran, menunggu rumah sepi, lalu mengambil celana dalam yang tergantung di sana. Seperti orang lapar mencuri pisang di kebun tetangga.

Benda yang Terlalu Pribadi untuk Diceritakan

Korban awalnya diam. Mungkin karena malu. Atau bingung, bagaimana melaporkan kehilangan celana dalam ke polisi tanpa menjadi bahan bisik-bisik tetangga?

Tapi saat kejadian kedua terjadi, dan CCTV menunjukkan wajah F dengan jelas, ia akhirnya datang ke kantor polisi. Ditemani keluarga.

F mengaku baru sekali. Tapi korban yakin ini sudah dua kali. Polisi tidak langsung memperdebatkan angka. Karena dalam kasus seperti ini, satu kali pun sudah cukup untuk menimbulkan trauma.

Celana dalam memang kecil. Tapi kehilangan celana dalam dengan cara seperti ini bisa menimbulkan luka yang lebih besar. Terutama bagi perempuan. Terutama jika pelakunya adalah tetangga sendiri.

Kasus ini menyebar cepat, karena manusia memang selalu tertarik pada hal-hal yang bersifat tabu.

Tapi di balik viralitas, ini adalah kisah tentang keterasingan yang dekat. Tentang seseorang yang mungkin terlalu lama memendam, hingga ia tak tahu bagaimana menyalurkannya dengan sehat.

F bukan kriminal besar. Tapi tindakannya meninggalkan jejak yang tak mudah dihapus.

Di lingkungan padat, kepercayaan adalah mata uang paling mahal. Dan setelah ini, F di Kota Bogor ini mungkin akan menjadi cerita yang tak diucapkan, tapi selalu diingat.

Ada sesuatu yang hilang dari kita semua dalam kasus ini: rasa aman, rasa malu, dan mungkin juga rasa kasihan.***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here