Bogordaily.net – Menteri Agama (Menag) Republik Indonesia Nasaruddin Umar menyampaikan bahwa pengalaman merupakan pelajaran terbaik dalam proses penyelenggaraan ibadah haji tahun 2025.
Hal itu disampaikannya saat menanggapi pertanyaan dari Turmudi Hudri pelayan jemaah haji dari Kota Bogor di Mekkah
mengenai dinamika dan kendala yang terjadi selama proses pelayanan kepada jemaah haji.
“Ya, insyaallah, pengalaman adalah guru yang paling baik,” ujar Menag.
Ia menjelaskan bahwa tahun ini terdapat banyak peraturan baru yang diterapkan, baik dari pihak Arab Saudi maupun dari internal tim Kementerian Agama. Oleh karena itu, diperlukan proses penyesuaian yang tidak mudah.
“Kami bersyukur, dengan segala keterbatasan, banyak hal bisa kita selesaikan lebih cepat dari yang diperkirakan. Ini tidak lepas dari intervensi cepat berbagai pihak di lapangan,” jelas Nasaruddin.
Ia juga mengakui bahwa sebagian masyarakat tidak membayangkan kompleksitas di lapangan, termasuk keterbatasan fasilitas yang tersedia.
Namun, secara keseluruhan, menurutnya, sistem yang diterapkan sudah berjalan dengan baik.
“Tentu kita tidak bisa menyalahkan sepenuhnya pihak Arab Saudi. Mereka pun sedang berusaha memberikan yang terbaik. Kami berharap ke depan, dalam tiga tahun mendatang, akan ada perbaikan menyeluruh di semua negara pengirim jemaah,” ucapnya.
Terkait adanya video viral tentang jemaah yang terlantar, Nasaruddin mengklarifikasi bahwa kejadian tersebut tidak separah yang diberitakan.
“Memang ada jemaah yang menunggu satu hingga empat jam, tapi tidak benar kalau dikatakan ada yang dua hari terlantar. Mari kita sampaikan informasi secara proporsional, tidak melebih-lebihkan dan tidak juga menutupi fakta,” tegasnya.
Menutup pernyataannya, Menag menyampaikan terima kasih atas pengertian semua pihak yang terlibat dalam pelayanan haji. Ia juga mengajak semua pihak untuk bersama-sama mencari solusi terbaik, bukan hanya fokus pada kritik semata.
“Terima kasih atas pengertiannya, selamat malam,” pungkasnya.
Seperti dilaporkan sebelumnya, salah satu persoalan baru jemaah haji adalah Kartu Nusuk yang kini menjadi dokumen penting yang wajib dimiliki seluruh jamaah haji dari berbagai negara untuk bisa melaksanakan rangkaian ibadah haji, khususnya di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna), serta untuk dapat memasuki area Masjidil Haram.
Pemerintah Arab Saudi menegaskan bahwa jamaah yang tidak memiliki Kartu Nusuk tidak akan diizinkan mengikuti prosesi ibadah haji.
Bahkan, otoritas setempat tak segan untuk menolak atau mengeluarkan jamaah dari area suci bila kedapatan tidak membawa kartu tersebut.
Seiring padatnya Kota Makkah menjelang puncak ibadah haji, risiko kehilangan atau terlepasnya kartu saat berada di tengah kerumunan menjadi tantangan tersendiri.
Oleh karena itu, jamaah diimbau untuk selalu menjaga dan membawa kartu tersebut ke mana pun mereka pergi.
Meski demikian, masih ada sejumlah jamaah yang hingga saat ini belum mendapatkan Kartu Nusuk. Diharapkan ke depan penyelenggaraan ibadah haji akan semakin tertib dan lancar.
“Mohon doa agar semuanya berjalan lancar sampai seluruh proses ibadah haji selesai,” ujar Turmudi Hudri, Pelayan Jamaah Haji asal Kota Bogor.***