BOGORDAILY.NET – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, kembali membuat gebrakan dalam dunia pendidikan. Lewat kebijakan terbaru, ia resmi menghapuskan tugas tertulis atau pekerjaan rumah (PR) bagi siswa di seluruh jenjang pendidikan di Jawa Barat mulai tahun ajaran 2025/2026.
Kebijakan ini tertuang dalam surat resmi dari Dinas Pendidikan Jawa Barat, dan langsung menuai beragam tanggapan dari masyarakat, baik dukungan maupun kritik.
Tak sedikit warganet yang mempertanyakan dampak penghapusan PR terhadap kualitas pembelajaran siswa, terutama ketika kebijakan jam malam bagi pelajar juga masih diberlakukan.
Salah satu komentar menyebutkan, “Jika anak-anak dilarang keluar malam agar fokus belajar, tapi PR juga dihapus, lalu bagaimana mereka bisa berlatih?”
Namun, Pemprov Jawa Barat memastikan bahwa penghapusan PR tidak berarti siswa terbebas dari tanggung jawab belajar di luar sekolah. Sebaliknya, mereka justru diarahkan untuk menjalani aktivitas yang lebih kontekstual, reflektif, dan membentuk karakter.
Tiga Kegiatan Pengganti PR ala Dedi Mulyadi
Dalam pernyataan resminya, Gubernur Dedi Mulyadi menjelaskan bahwa PR akan digantikan oleh tiga bentuk kegiatan utama yang dinilai lebih bermakna dan membumi bagi kehidupan siswa:
1. Kegiatan Reflektif dan Eksploratif
Siswa diajak menyelami nilai-nilai kehidupan sehari-hari, dengan meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan, keluarga, dan alam sekitar. Contohnya seperti berjalan kaki sambil mengamati jenis tanaman, atau berdialog dengan anggota keluarga untuk menggali nilai-nilai lokal dan budaya.
2. Kegiatan Membantu di Rumah dan Lingkungan
Dedi menyebut kegiatan rumah tangga seperti mengepel, mencuci piring, menyapu halaman, atau berkebun bukan hanya aktivitas rutin, melainkan wahana belajar yang sarat nilai. Aktivitas itu bisa dikaitkan dengan pelajaran seperti sains (kandungan air), kimia (bahan pembersih ramah lingkungan), dan tanggung jawab sosial.
3. Pengembangan Minat dan Bakat
Siswa diberi kebebasan untuk mengeksplorasi minatnya di bidang seni, olahraga, kewirausahaan, bahasa, agama, hingga teknologi. Mulai dari menulis puisi, membentuk grup musik, membuat desain, hingga belajar pertanian dan menghitung hasil panen menggunakan pendekatan matematika.
Kebijakan penghapusan PR ini sejalan dengan upaya Gubernur Dedi Mulyadi untuk membentuk pendidikan berbasis karakter dan praktik langsung. Ia menekankan bahwa pengalaman lapangan sering kali lebih membekas dalam pembentukan kepribadian siswa dibanding tugas-tugas kognitif semata.
Dengan memberikan ruang bagi siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan di rumah, komunitas, dan bidang yang mereka minati, Pemprov Jawa Barat berharap dapat melahirkan generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademis, tapi juga tangguh secara mental dan sosial.***