Thursday, 19 June 2025
HomeNasionalProfil dan Perjalanan Karier Kani Dwi Haryani, Staf Media Presiden dan Mantan...

Profil dan Perjalanan Karier Kani Dwi Haryani, Staf Media Presiden dan Mantan Jurnalis TVOne yang Jadi Korban Love Scamming

Bogordaily.net mantan jurnalis TVOne, kini bukan sedang meliput berita, tapi justru menjadi berita itu sendiri.

Sosok yang dulu tampil tegas di layar kaca sebagai reporter politik dan isu keamanan nasional, hari ini berdiri di sisi lain: sebagai korban penipuan dengan modus cinta palsu, alias .

Laporan resminya sudah masuk ke Polda Banten pada 13 Juni 2025.

Ia datang bukan sebagai staf media pribadi Presiden RI, Prabowo Subianto, melainkan sebagai warga negara yang merasa tertipu, dibohongi, dan dikhianati.

Nilai kerugiannya? Rp48 juta. Tapi harga dari rasa malu dan trauma, tak bisa dihitung dengan angka.

Nama mantan jurnalis TVOne memang sudah lama dikenal, terutama di kalangan penonton setia berita-berita politik nasional.

Sejak 2014, ia melanglang buana membawa mikrofon TVOne, dari Istana hingga kawasan konflik.

Gaya bertanyanya lugas, narasinya tajam. Dunia televisi memberinya panggung, tapi juga melatihnya menghadapi tekanan.

Tapi siapa sangka, di balik ketegasannya sebagai wartawan, ia bisa tertangkap jebakan asmara digital.

Pelakunya bukan pria gagah berjas, melainkan seorang perempuan berinisial MR alias Marpuah—warga Lebak, Banten, yang ternyata menggunakan identitas palsu untuk merayunya lewat Instagram.

Kombes Pol Yudhis Wibisana dari Polda Banten menjelaskan, interaksi pertama mereka terjadi sejak November 2024.

Polanya klasik, tapi masih banyak yang tertipu: rayuan, perhatian, janji-janji manis, lalu jebakan transfer uang.

Kini mantan jurnalis TVOne sudah berganti panggung. Ia berada di balik layar kekuasaan, mengelola media sosial dan dokumentasi Presiden Prabowo.

Ia menyusun narasi, membingkai peristiwa, dan menjaga wibawa negara lewat visual-visual yang menarik dan humanis.

Tapi pengalaman pahit ini menyentaknya: bahkan seseorang sepertinya—yang akrab dengan tipu daya komunikasi—masih bisa menjadi korban dari tipu daya yang lebih halus.

Ada ironi di sana. Tapi juga ada keberanian. Karena Kani memilih melapor.

Tidak semua publik figur mau membuka aib pribadi. Tapi ia melakukannya. Dan di situlah letak pentingnya kisah ini: bukan sekadar soal kerugian Rp48 juta, tapi tentang edukasi publik soal literasi digital, kehati-hatian, dan bahwa siapa pun bisa jadi korban.

Dan mungkin, untuk pertama kalinya dalam kariernya, mantan jurnalis TVOne tidak sedang membacakan berita—melainkan mengalaminya sendiri.***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here