Bogordaily.net – Profil Pangeran Mangkubumi Sekjen Gibranku tiba-tiba jadi perbincangan nasional.
Bukan karena ia terlibat skandal. Bukan karena ia mencalonkan diri jadi apa-apa. Tapi karena ia bicara. Tentang Gibran.
Tentang usulan pemakzulan sang Wakil Presiden RI yang masih sangat muda itu. Dan kalimat-kalimatnya langsung menggelinding seperti bola salju.
Pernyataannya itu, bukan saja dari media. Tapi dari tangkapan layar unggahan media sosial. Pangeran menyebut pemakzulan itu “minim substansi.”
Kalimatnya sederhana. Tapi terasa seperti pecahan kaca di tengah jalan raya politik yang sudah retak.
Profil Pangeran Mangkubumi Sekjen Gibranku memang belum banyak diketahui orang.
Namanya terdengar seperti bangsawan Jawa. Tapi posisinya sangat kekinian: sekretaris jenderal relawan Gibranku, kelompok pendukung Gibran Rakabuming Raka.
Dari unggahan Instagram pribadinya @pangeranmns, kita tahu dia aktif sejak jauh sebelum Pilpres digelar.
Apakah dia tokoh muda? Bisa jadi. Apakah dia dari keluarga ningrat? Tidak jelas. Apakah dia pemain baru di panggung nasional? Tampaknya, iya. Tapi justru itu menarik.
Dalam suasana politik yang semakin penuh noise, muncul satu suara yang tidak keras tapi tajam. Dan datangnya bukan dari partai. Bukan dari istana. Tapi dari relawan.
Profil Pangeran Mangkubumi Sekjen Gibranku kembali mencuat setelah orasinya di Banten, Desember lalu, viral lagi.
Di acara itu, ia bicara soal loyalitas, soal konsistensi, dan soal “jangan tinggalkan teman di tengah badai.” Waktu itu orang hanya mengangguk. Tapi hari ini, kalimat itu terasa kencang.
Tidak tahu ke mana arah karier politiknya. Tapi yang jelas: ia sedang membangun sesuatu.
Entah kepercayaan, entah jaringan. Atau mungkin keduanya. Yang jelas, ia sudah berani bicara saat yang lain memilih diam.
Dan seperti kata orang tua: kadang, politik bukan soal siapa yang paling kuat. Tapi siapa yang paling dulu berdiri ketika semua orang duduk.***