Bogordaily.net – Siapa pemilik Wilmar Grup? Pertanyaan itu pelan-pelan menguap dari ruang konferensi pers Kejaksaan Agung, Selasa kemarin.
Di balik tumpukan uang tunai yang ditata rapi—senilai Rp11,8 triliun—ada satu nama yang nyaris tak pernah muncul di layar kaca.
Kuok Khoon Hong. Ia bukan menteri, bukan pengusaha yang gemar konferensi pers, bahkan bukan WNI. Tapi dalam hal pengaruh, dia seperti angin: tak tampak, tapi bisa menggoyang pohon paling tinggi.
Siapa pemilik Wilmar Grup? Jawabannya tetap sama: Kuok Khoon Hong. Lahir dan besar di Singapura, lelaki 75 tahun itu membangun kerajaan agribisnis yang tak hanya besar, tapi juga menggurita.
Mulai dari kebun sawit di Kalimantan, pabrik penyulingan di Cina, hingga rak-rak minimarket di Afrika. Semuanya bernama Wilmar.
Ia memulai langkahnya sebagai pedagang minyak sawit. Namanya menanjak setelah menggandeng Martua Sitorus dari Sumatra Utara. Mereka mendirikan Wilmar International Ltd pada 1991.
Kini, perusahaan itu seperti makhluk berkepala seribu. Ada yang bernama PT Wilmar Nabati Indonesia, PT Wilmar Bioenergi, dan tiga lainnya yang ikut disorot dalam pusaran korupsi ekspor CPO 2022.
Siapa pemilik Wilmar Grup? Sekali lagi, bukan sekadar pertanyaan. Itu adalah pintu masuk untuk memahami bagaimana sebuah perusahaan bisa mengatur ritme ekonomi pangan dari balik layar.
Kuok Khoon Hong bukan pemain baru. Ia tercatat memiliki saham properti di berbagai kota besar dunia.
Termasuk Aviva Tower di London, pencakar langit tempat ia mungkin menyeduh teh sambil memantau pusaran berita dari kejauhan.
Pada 2020, anak usaha Wilmar di Cina, Yihai Kerry Arawana, mencatatkan IPO senilai USD2,1 miliar. Salah satu yang terbesar di Bursa Shenzhen.
Di Indonesia, Wilmar dikenal sebagai penguasa jalur distribusi minyak goreng. Tapi kekuasaan itu juga membawa risiko.
Audit BPKP dan kajian Fakultas Ekonomi UGM menyebut lima anak perusahaan Wilmar menerima fasilitas ekspor ilegal saat larangan ekspor sawit berlaku.
Total kerugian negara: Rp11,88 triliun. Jumlah yang kemudian dikembalikan.
Kuok tetap bungkam. Bahkan saat uang sebesar itu dibalikkan ke negara. Tak ada permintaan maaf.
Tak ada klarifikasi. Dunia mengenalnya sebagai pria pendiam yang membiarkan bisnisnya berbicara sendiri.***