Bogordaily.net – Siapakah Marcella Santoso? Nama ini bukan nama baru di kalangan pengacara ibu kota.
Tapi kini, pertanyaannya berubah: siapa Marcella Santoso sebenarnya—dan bagaimana ia bisa terseret begitu dalam dalam pusaran kasus besar yang menyeret nama-nama paling sakral di negeri ini: Jaksa Agung, bahkan Presiden Prabowo Subianto?
Di Gedung Bundar Kejaksaan Agung, sebuah video diputar. Bukan film dokumenter atau iklan layanan masyarakat.
Tapi video permintaan maaf. Wajahnya pucat. Nadanya lirih. Tapi ekspresinya kering. “Dia mau nangis tapi nangis nggak mau dia,” kata salah satu komentar netizen.
Itulah Marcella Santoso—pengacara yang dulu vokal, kini justru meminta maaf atas konten yang ia sebarkan.
Konten itu dianggap menyesatkan, fitnah, bahkan mengancam stabilitas institusi hukum dan pemerintahan.
Siapakah Marcella Santoso? Sekarang orang mulai bertanya lagi. Bukan soal keberaniannya berpendapat, tapi tentang keberaniannya mempertanggungjawabkan kata-kata.
Marcella bukan sembarang advokat. Ia pernah mendampingi tersangka dalam kasus ekspor Crude Palm Oil (CPO).
Tapi rupanya, bukan hanya mendampingi. Dalam penyelidikan Kejagung, namanya juga terseret dalam tiga perkara besar sekaligus: CPO, impor gula, dan tambang timah.
Semua itu berbau suap, pencucian uang, dan upaya menghalangi penyidikan. Berat.
Tentu saja publik bereaksi. Apalagi saat videonya tersebar di media sosial. Ia mengaku menyesal.
Tapi netizen tak mudah percaya. “Kalau nggak ketangkep beda lagi omongannya,” tulis akun @tanzvocal. Bahkan akun lain menyebut, “Menyesal karena ketangkep. Kalau enggak, ya terus menyebar fitnah.”
Siapakah Marcella Santoso? Sekali lagi pertanyaan itu kembali muncul. Dulu dia pembela kebenaran.
Kini ia harus membela dirinya sendiri. Dari dakwaan hukum, dari cemoohan netizen, dan mungkin dari narasi yang ia bangun sendiri.
Tak hanya soal kasus hukum. Ia juga disebut bagian dari kelompok yang menyebarkan petisi-petisi gelap.
Tentang “Indonesia Gelap.” Tentang penolakan terhadap RUU TNI. Bahkan menyudutkan aparat hukum secara terbuka.
Ketika narasi politik, hukum, dan informasi palsu disatukan, hasilnya bisa jadi bom waktu. Dan bom itu, kini meledak di tangan Marcella sendiri.
“Saya menyadari bahwa konten-konten tersebut memberikan rasa sakit bagi pihak-pihak terkait,” katanya. Tapi pengakuan itu datang setelah semuanya terbuka.
Kita belum tahu akhir dari drama ini. Tapi satu hal yang pasti: Siapakah Marcella Santoso bukan lagi sekadar pertanyaan tentang profesi atau pendapat.
Ini sudah jadi soal tanggung jawab, hukum, dan kredibilitas di era digital yang brutal.
Dan publik? Kini mereka hanya menunggu satu hal: seberapa besar peran yang sebenarnya dimainkan oleh Marcella di balik layar hukum dan kekuasaan.***