Bogordaily.net – Veda Ega Pratama anak siapa? Pertanyaan itu kini menggema di banyak kepala, setelah pemuda Gunungkidul itu kembali mengukir sejarah: back to back juara Red Bull Rookies Cup (RBRC) 2025.
Di Mugello, Italia—sirkuit para legenda—nama Veda kembali menggema. Bukan hanya di paddock, tapi juga di tanah kelahirannya yang jauh dari hiruk pikuk Eropa: Pasar Sapi Wonosari.
Nama itu tidak muncul tiba-tiba. Tidak pula karena “faktor keberuntungan” seperti yang sering dijadikan alasan di negeri ini saat ada anak muda bersinar.
Veda Ega Pratama anak siapa? Ia adalah anak dari pasangan yang hidup sederhana.
Ayahnya, Eko Purwanto, bukan mantan pembalap. Tapi pedagang sapi. Ya, sapi. Di pasar tradisional.
Di sana Veda kecil berlari-lari di sela kaki para pembeli, sambil kadang memelototi motor bebek yang parkir berderet.
Dari sanalah kisah ini dimulai. Dari suara embik, bukan deru mesin. Tapi sejak kecil, Veda lebih terpukau pada roda dua ketimbang hewan ternak.
Saat anak lain belajar naik sepeda, ia sudah dilatih menjaga keseimbangan dengan mini trail.
Latihannya bukan di aspal sirkuit, tapi di tanah liat Gunungkidul yang gersang.
Dan kini, Veda mengibarkan Merah Putih di Mugello. Di race pertama, ia finis paling depan dengan catatan waktu 26 menit 31,484 detik.
Hanya unggul 0,071 detik dari pembalap Spanyol, David Gonzalez. Tipis. Tapi cukup untuk menulis sejarah.
Balapan kedua lebih dramatis. Sempat tercecer di posisi 10, Veda menyalip satu per satu. Ia seperti menari di atas lintasan.
Di tikungan terakhir, ia melesat: unggul 0,11 detik dari Hakim Danish dari Malaysia.
Sekali lagi: tipis. Tapi cukup untuk menjawab pertanyaan dunia: siapa anak Indonesia yang dua kali berturut-turut menang di Red Bull Rookies?
Jawabannya? Veda Ega Pratama anak siapa? Anak peternak sapi Gunungkidul yang punya mimpi lebih tinggi dari menara suar Pantai Baron.
Veda memang bukan pembalap sulapan. Ia ditempa sejak remaja lewat Asia Talent Cup dan ARRC. Di ATC 2023, ia menang 9 dari 12 balapan—rekor yang bahkan pembalap Jepang pun belum tentu punya.
Di ARRC, ia naik podium dan menjadi peringkat ketiga. Dorna tidak buta. Mereka tahu: anak ini bukan sembarang anak.
Ini baru awal. Seperti batu pertama yang dilempar ke danau, riaknya akan makin luas. Mugello hanyalah gerbang. MotoGP adalah tujuan.
Dan bagi kita, jawaban atas “Veda Ega Pratama anak siapa?” tak lagi soal darah. Tapi tekad.
Veda adalah anak semua mimpi anak muda Indonesia. Yang berani, yang gigih, dan yang tidak takut jatuh.
Karena mereka tahu: di tikungan terakhir, kemenangan sering datang bagi yang tak menyerah.
Dari pasar sapi, lahirlah pembalap dunia.***