Bogordaily.net – Ceramah Habib Rizieq di Pemalang heboh, suasana yang semula religi, mendadak berubah jadi mencekam.
Desa Pegundan, Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, pada Rabu malam (22/7/2025) bukan lagi sekadar tempat pengajian. Malam itu menjadi saksi bentrokan dua ormas Islam yang menyisakan lima korban luka.
Yang ceramah: Habib Muhammad Rizieq Shihab. Yang datang: ratusan massa dari dua kubu. Satu dari Perjuangan Walisongo Indonesia Laskar Sabilillah (PWI-LS), satu lagi dari Front Persatuan Islam (FPI).
Yang satu menolak kehadiran Habib Rizieq di Pemalang, yang satu lagi justru menyambut.
Bentrokan pun tak terelakkan.
Awalnya, semua berjalan sesuai rencana. Panggung ceramah sudah berdiri. Jamaah mulai berdatangan. Habib Rizieq sudah hadir di tengah-tengah mereka.
Tapi di sisi lain, di sebuah masjid tak jauh dari lokasi, massa PWI-LS berkumpul. Mereka merasa kehadiran tokoh FPI itu tak pantas di wilayah mereka.
Polisi sudah bersiaga. Penyekatan dilakukan. Tapi manusia tak bisa sepenuhnya dibendung. Sebagian massa PWI-LS lolos.
Mereka mendekat ke panggung, lalu — seperti diskenario yang ditulis ulang dari masa lalu — batu-batu beterbangan.
Pecah sudah suasana. Jeritan menggantikan lantunan shalawat. Pukulan menggantikan dzikir.
Lima orang terluka. Belum jelas dari kubu mana saja. Yang pasti, pengajian bubar. Ceramah berhenti. Polisi terpaksa mengamankan lokasi dan membawa beberapa orang untuk diperiksa.
Habib Rizieq di Pemalang bukan hanya soal tausiyah, tapi kini menjadi catatan panjang konflik horizontal yang tak kunjung tuntas.
Nama besar yang memecah dua kutub. Umat yang satu merasa terinspirasi, yang lain merasa terintimidasi.
Entah siapa yang salah, tapi yang jelas, luka kembali tercipta. Di bulan yang katanya bulan damai: Muharam.
Dan seperti biasa: video kericuhan sudah menyebar, komentar sudah berseliweran, dan publik kembali terbelah.
Satu hal yang pasti: ceramah Habib Rizieq di Pemalang meninggalkan jejak. Jejak yang belum tentu semua orang ingin mengingatnya.***