Bogordaily.net – Driver ojol wanita di Bogor jatuh ke jurang. Kalimat itu terdengar seperti berita biasa. Tapi sore itu, Senin 14 Juli 2025, sekitar pukul 16.30 WIB, kalimat itu berubah menjadi jerit panjang yang membelah udara lembab di kawasan Jalan Raya Cilebut.
Seorang perempuan, yang sehari-hari mencari nafkah sebagai pengemudi ojek online, terperosok ke dalam jurang di depan Perumahan RS PMI. Bukan karena ngebut. Bukan karena lalai. Tapi karena jalan yang tak pernah selesai menjadi jalan.
Di sana, tak ada pembatas. Tak ada tiang pengaman. Tak ada pula penerangan jalan umum (PJU) yang bisa membuat pengemudi awas ketika langit mulai gelap.
Driver ojol wanita di Bogor jatuh ke jurang hanya karena ia melalui jalan yang memang membiarkan siapa saja celaka. Tanpa peringatan. Tanpa penyesalan.
Warga sekitar sudah mengeluh. Sudah lama. Tapi suara mereka seperti hilang ditelan dedaunan.
“Sudah banyak korban yang jatuh di situ. Apalagi kalau malam. Gelap, tidak ada lampu. Mau bagaimana lagi?” kata seorang warga yang matanya seperti tak percaya bahwa sore itu ada lagi yang harus jadi korban.
Driver ojol wanita sore itu membawa banyak pertanyaan. Tapi seperti biasa, tak ada satu pun yang dijawab tuntas.
Jalan Raya Cilebut, jalur padat antara stasiun dan perumahan, tetap saja seperti lorong maut yang menunggu giliran berikutnya. Siapa yang akan jatuh setelah ini?
Warga hanya bisa berharap—dengan suara yang makin lemah—agar pihak terkait segera bertindak.
Memasang PJU. Membuat pembatas jalan. Melakukan sesuatu. Apa saja. Asal tidak terus membiarkan nyawa melayang hanya karena lubang jurang yang menganga di tengah kota.
Sebab tak ada yang lebih tragis dari sebuah kecelakaan yang sebenarnya bisa dicegah.***