Kamar kos sederhana di bilangan Gondangdia, Menteng, itu tiba-tiba menjadi sorotan. Lokasi elite yang biasanya senyap itu kini ramai. Polisi lalu-lalang. Wartawan berdatangan. Para tetangga geleng kepala. Tak menyangka: tragedi bisa mampir juga ke tempat seprestisius ini.
Lalu publik bertanya: siapa dia? Apa yang sebenarnya terjadi? Dan, satu pertanyaan khas dunia digital: apa akun Instagram Arya Daru Pangayunan? Dalam waktu singkat, akun miliknya, @ddaru_chee, berubah fungsi—dari catatan harian menjadi altar virtual, tempat ribuan ucapan duka ditabur.
Sosok Bersahaja dari Bantul
Lahir di Sleman, tumbuh besar di Bantul. Lulusan Hubungan Internasional UGM. Karyawan Kementerian Luar Negeri sejak 2014. Arya bukan hanya diplomat—ia anak muda yang mencintai Indonesia dengan cara tenang, kalem, namun efektif.
Sebelum jadi “orang kantor”, ia pernah jadi tutor bahasa Inggris di Wall Street Institute. Lalu berangkat ke Yangon, Myanmar. Lanjut ke Timor Leste, kemudian ke Buenos Aires, Argentina. Dan seharusnya, akhir bulan ini, ia akan pindah tugas lagi: ke Helsinki, Finlandia.
Tapi semua rencana itu kandas. Hanya tinggal kenangan di IG, di feed yang kini sunyi dan menyayat.
Kepala Terbungkus Lakban, Apa yang Sebenarnya Terjadi?
Selasa pagi, 8 Juli 2025. Sang istri, Meta Ayu Puspitantri, gelisah. Tak bisa menghubungi Arya. Ia minta bantuan penjaga kos untuk memeriksa. Saat pintu dibuka, Arya ditemukan dalam kondisi mengerikan. Tak bernyawa, kepalanya terbungkus lakban kuning.
Polisi pun bergerak cepat. Kasus ini terlalu janggal untuk dibiarkan. CCTV diperiksa. Saksi ditanya. Bukti dikumpulkan. Jenazah dibawa ke RSCM untuk diautopsi. Hasilnya? Belum diumumkan. Tapi publik sudah gaduh. Media sosial gaduh. Termasuk di instagram arya daru pangayunan—yang sebelumnya tak terkenal, kini mendadak viral.
Kantor Kemlu: Berduka dan Bertanya
Kemlu, tempat Arya bekerja, tidak tinggal diam. Direktur Perlindungan WNI, Judha Nugraha, menyampaikan duka mendalam. Arya adalah anak buahnya. “Arya adalah diplomat muda yang luar biasa,” kata Judha. Ia juga membenarkan bahwa Arya sedang bersiap untuk bertugas di Finlandia.
Karangan bunga membanjiri rumah duka di Jomblang, Bantul. Dari sahabat. Dari alumni HI UGM. Dari tokoh-tokoh. Bahkan dari teman satu angkatan di Kedutaan Besar. Arya dikenal hangat, rendah hati, dan sangat berdedikasi.
Instagram Arya Daru Pangayunan Kini Jadi Monumen Virtual
Instagram itu kini penuh kenangan. Di akun @ddaru_chee, banyak unggahan perjalanannya selama dinas. Dari Yangon, Dili, Buenos Aires. Foto-foto santai, tidak dibuat-buat. Caption-nya sederhana, cenderung malu-malu.
Tapi sekarang: kolom komentarnya dipenuhi doa. Story-nya direpost banyak orang. Bahkan orang yang tidak pernah mengenalnya ikut larut dalam duka.
Karena kepergiannya tidak wajar. Karena dia adalah diplomat. Karena dia masih muda. Karena dia punya masa depan panjang yang direnggut dalam sekejap.
Selalu Ada yang Lebih dari Sekadar Kematian
Tragedi ini bukan hanya tentang kematian. Ini tentang negara yang kehilangan pelayannya. Tentang keluarga yang kehilangan kepala rumah tangga. Tentang anak-anak yang kehilangan ayah. Tentang istri yang kehilangan suami.
Dan tentang publik yang bertanya: apa yang sebenarnya terjadi?
Apapun jawabannya nanti, Arya sudah pergi. Tapi cerita tentangnya tidak akan berhenti di liang kubur. Ia akan terus hidup—di kenangan teman, di arsip Kemlu, dan di Instagram Arya Daru Pangayunan, yang kini menjadi saksi bisu jejak pengabdian seorang anak bangsa.***