Bogordaily.net – Pemilik PT Belitang Panen Raya kini menjadi sorotan setelah nama perusahaan ini mencuat dalam pusaran kontroversi beras premium oplosan.
Di jagat media sosial, pertanyaan seputar siapa sosok di balik bisnis besar ini menjadi ramai diperbincangkan, bahkan lebih ramai dari harga beras itu sendiri.
Perusahaan penggilingan padi yang berbasis di Sumatera Selatan ini dikenal lewat merek “Beras Raja”—sebuah nama yang tidak asing di rak-rak minimarket dan hypermarket di seluruh Indonesia.
Tapi kali ini, nama itu muncul bukan karena promosi atau diskon. PT Belitang Panen Raya, atau disingkat BPR, dikaitkan dengan tuduhan manipulasi mutu beras premium.
Pemeriksaan oleh Bareskrim Polri pada 12 Juli 2025 menjadi titik awal badai. PT Belitang Panen Raya disebut bersama tiga raksasa lain: Wilmar Group, Food Station Tjipinang Jaya, dan Sentosa Utama Lestari/Japfa Group.
Tuduhan mereka tidak main-main—berkaitan langsung dengan kualitas dan kejujuran label pada beras yang dikonsumsi jutaan rakyat.
Pemilik PT Belitang Panen Raya, Teddy Rachmat, dan Gurita Bisnisnya
Lalu siapa sebenarnya pemilik PT Belitang Panen Raya? Nama yang muncul adalah Theodore Permadi Rachmat atau TP Rachmat, pengusaha senior Indonesia yang pernah menjadi CEO PT Astra International.
Setelah ‘turun gunung’, ia membangun Triputra Group yang sekarang punya lebih dari 170 anak usaha.
Di bawah Triputra Group-lah, berdiri PT Sumber Energi Pangan, payung bisnis agribisnis yang menaungi PT Belitang Panen Raya.
Dalam dunia yang makin menghargai transparansi, nama Teddy Rachmat bukan sekadar pemilik—ia simbol reputasi.
Dan ketika reputasi terseret isu, semua mata langsung tertuju padanya. Inilah risiko menjadi besar: apa pun yang Anda sentuh, akan disorot, apalagi jika terkait perut rakyat.
Perusahaan ini mengoperasikan dua pabrik besar: satu di Palembang dengan kapasitas 125.000 ton per tahun dan satu lagi di Belitang, OKU Timur, dengan kapasitas 75.000 ton. Produk-produknya tersebar dari pasar tradisional hingga ritel modern, seperti Alfamart dan Indomaret.
Respons Tegas PT Belitang Panen Raya
Tentu saja, tak semua diam. Melalui akun Instagram resmi @pt.belitangpanenraya1, BPR memberikan klarifikasi. Mereka menyebut tuduhan tersebut tidak berdasar dan menegaskan bahwa produk mereka—terutama Beras Raja Platinum dan Raja Ultima—telah melalui uji mutu ketat.
Kuasa hukum mereka, Titis Rahmawati, mengatakan bahwa perusahaan menggunakan alat laboratorium canggih untuk mengontrol kualitas mulai dari kadar air hingga tingkat keputihan.
Johan Winarta, komisaris PT Belitang Panen Raya, menambahkan bahwa seluruh bahan baku berasal dari petani mitra dan diolah tanpa campuran, sesuai dengan standar mutu pangan.
Namun yang menarik, publik masih bertanya-tanya: pemilik PT Belitang Panen Raya akan bicara langsung atau tetap membiarkan juru bicara yang menjawab? Di era media sosial seperti sekarang, keheningan bisa terdengar lebih keras daripada pernyataan pers.
Ketika Merek Besar Diuji Isu Kepercayaan
Kasus ini membuka mata bahwa brand besar pun bisa terseret badai jika kepercayaan publik terkikis.
Apakah ini hanya kesalahpahaman teknis atau ada praktik sistemik yang harus dibenahi, waktu akan menjawab.
Yang pasti, pemilik PT Belitang Panen Raya bukan sosok biasa. Ia punya sejarah panjang dalam membangun bisnis dari nol hingga mendunia.
Namun, dalam bisnis pangan, satu hal yang tak bisa ditawar: kejujuran pada label adalah kejujuran pada rakyat.***