Hujan Deras, Tanah Longsor, Santri Menghilang
Sabtu, 5 Juli 2025. Langit Megamendung menggantung kelabu sejak siang. Udara sejuk yang biasanya mengundang wisatawan kini menyisakan dingin yang mencekam. Derasnya hujan mengguyur wilayah Puncak sejak sore, dan bersamanya datang kabar duka.
Satu orang santri dikabarkan tertimbun longsor. Lokasinya: Kampung Rawa Sadek RT 01 RW 04, Desa Megamendung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor.
Informasi awal ini disampaikan oleh Jalaluddin, staf Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Bogor.
“Informasi sementara seperti itu, satu santri (tertimbun),” ujarnya singkat saat dikonfirmasi Sabtu malam.
Evakuasi yang Belum Berujung
Tim gabungan dari BPBD, TNI, Polri, dan relawan masih terus melakukan proses pencarian. Namun hingga artikel ini diturunkan, kondisi korban belum diketahui secara pasti.
“Tim masih melakukan evakuasi. Belum bisa memberikan data detail,” lanjut Jalaluddin.
Kondisi medan yang curam, licin, dan tertutup reruntuhan bangunan membuat proses evakuasi berlangsung lambat dan penuh kehati-hatian.
Video Warga: “Satu Santri Belum Kelihatan”
Sebuah video yang beredar di media sosial memperlihatkan bangunan dengan dinding hijau yang sudah separuh roboh. Dalam narasi video, terdengar suara warga menyebut bahwa satu santri masih belum ditemukan.
“Lokasi yang diduga tertimbun longsor di sini satu, tapi emang satu orang enggak ada santri sampai sekarang belum kelihatan,” ujar si perekam video.
Video itu menyebar cepat. Bukan karena sensasional, tapi karena menggambarkan rasa cemas dan panik warga yang hanya bisa berharap keajaiban datang dari balik reruntuhan.
Megamendung: Surga yang Rapuh Saat Hujan Tiba
Megamendung, yang selama ini dikenal sebagai kawasan wisata, ternyata rapuh saat musim hujan tiba. Tidak sedikit kejadian longsor yang telah terjadi di kawasan ini.
Infrastruktur sederhana dan posisi geografis yang berada di lereng membuat risiko bencana tanah longsor selalu mengintai.
Bahkan dalam laporan BMKG, wilayah Puncak termasuk zona merah rawan longsor pada musim hujan ekstrem.
Antara Doa dan Evakuasi
Hingga malam ini, belum ada kabar pasti mengenai nasib sang santri. Doa dari orang tua dan sesama santri terus menggema. Di sisi lain, tangan-tangan sukarela terus menggali, mencari, dan berharap bisa membawa kabar baik dari balik tanah yang runtuh.
Puncak tak hanya butuh wisatawan. Ia butuh sistem peringatan dini yang lebih kuat, pembangunan yang lebih ramah lingkungan, dan mitigasi bencana yang benar-benar diterapkan.
Karena di balik hijaunya hutan dan sejuknya udara, ada anak-anak yang sedang mengaji dan menghafal Al-Qur’an—yang nyawanya dipertaruhkan .***