Bogordaily.net – Pagi itu, di Posyandu Desa Situ Ilir dipenuhi suara tawa anak-anak dan ibu-ibu yang penasaran.
Di depan mereka, beberapa mahasiswa berseragam almamater hijau sibuk menyiapkan sesuatu di atas meja.
Bukan obat, bukan susu kemasan mahal, melainkan puding lembut berwarna hijau segar.
Mahasiswa Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) Institut Ummul Quro Al-Islami Bogor Kelompok 11 datang membawa pesan sederhana namun bermakna besar: mencegah stunting bisa dimulai dari dapur rumah sendiri.
Bahan utamanya? Daun kelor yang tumbuh subur di pekarangan desa, dipadukan dengan manis alami buah kurma.
“Daun kelor ini ibarat apotek hidup. Kandungan gizinya luar biasa. Kalau diolah dengan kreatif, anak-anak pasti suka,” ujar salah satu mahasiswa dengan senyum lebar, sambil menuang adonan puding ke dalam cetakan.
Bagi sebagian orang, daun kelor hanya sayur biasa. Tapi bagi masyarakat Desa Situ Ilir hari itu, kelor berubah menjadi simbol harapan.
Dengan langkah-langkah sederhana, mereka diajari mengolahnya menjadi puding sehat tanpa gula pasir, aman untuk dikonsumsi anak-anak setiap hari.
Mata anak-anak berbinar saat suapan pertama menyentuh lidah mereka.
“Enak!” teriak seorang bocah sambil meminta tambah. Ibu-ibu pun saling berbisik, membayangkan membuat puding yang sama di rumah.
Bukan sekadar mengenyangkan, inovasi ini diharapkan menjadi cara nyata menurunkan angka stunting di desa.
“Kami ingin memberi inspirasi bahwa kesehatan bisa dimulai dari hal kecil. Bahkan dari selembar daun yang tumbuh di pekarangan,” tambah salah satu anggota Kelompok 11.
Dari tangan mahasiswa KKM ini, daun kelor tidak lagi sekadar tanaman. Ia menjelma menjadi harapan masa depan yang lebih sehat untuk generasi berikutnya.***