Bogordaily.net – Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Pasar Pakuan Jaya (PPJ) terus memainkan peran strategis dalam menjaga kestabilan harga kebutuhan pokok di Kota Bogor.
Melalui berbagai langkah konkret, PPJ menjadi salah satu garda terdepan dalam mendukung pengendalian inflasi, khususnya di pasar tradisional.
Kasubag Humas Perumda Pasar Pakuan Jaya, Andrian Hikmatulloh, menjelaskan bahwa PPJ berfungsi sebagai stabilizer dengan memastikan ketersediaan dan keterjangkauan harga bahan kebutuhan pokok.
“Kami juga berperan sebagai penghubung antara pedagang, pemerintah, dan masyarakat dalam menjaga keseimbangan supply-demand agar inflasi terkendali,” ujar Andrian Hikmatulloh pada Kamis 28 Agustus 2025.
Perumda PPJ memiliki sejumlah strategi utama, di antaranya melakukan pemantauan harga harian di lima pasar pantauan, yaitu Pasar Jambu Dua, Sukasari, Merdeka, Gunung Batu, dan Tekum.
Hasil pemantauan tersebut kemudian dilaporkan kepada Pemerintah Kota Bogor, Bank Indonesia, dan masyarakat sebagai informasi harga real-time.
Selain itu, PPJ menjalin kerja sama dengan Bulog dan distributor besar untuk memastikan pasokan barang tetap tersedia.
Ketika harga mulai melonjak, PPJ bersama pemerintah daerah juga rutin menggelar operasi pasar murah.
“Operasi pasar murah menambah pasokan dengan harga di bawah pasar sehingga mencegah harga naik lebih tinggi. Dampaknya, harga lebih stabil, daya beli masyarakat terjaga, dan inflasi bisa ditekan, terutama menjelang Ramadhan, Idul Fitri, dan Nataru,” jelas Andrian.
Dalam menjaga inflasi, koordinasi erat dilakukan melalui forum Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).
PPJ bertugas memberikan data harga dan kondisi pasar, sementara Pemkot Bogor dan Bank Indonesia menyiapkan kebijakan strategis, serta Bulog memastikan stok barang tersedia.
“Sinergi ini sangat penting untuk langkah cepat, misalnya ketika harga beras atau cabai naik tajam. Dengan data yang kami laporkan, kebijakan intervensi bisa segera dilakukan,” tambahnya.
Pemantauan harga harian dilakukan secara langsung oleh petugas PPJ di lima pasar pantauan.
Harga kebutuhan pokok seperti beras, minyak goreng, cabai, daging, dan telur dicatat setiap hari lalu dikompilasi ke dalam Sistem Informasi Harga Pangan Pemkot maupun Bank Indonesia. Data tersebut menjadi dasar dalam menentukan kebijakan intervensi.
Meski begitu, PPJ mengakui masih menghadapi sejumlah tantangan besar dalam menekan inflasi.
Faktor eksternal seperti cuaca, biaya transportasi, hingga fluktuasi harga global sangat memengaruhi harga komoditas di pasar.
“Kami juga memiliki keterbatasan kewenangan karena PPJ hanya mengelola pasar, bukan produsen. Fluktuasi pasokan dari daerah pemasok, seperti sayuran dari Puncak atau beras dari Karawang, juga kerap menimbulkan gejolak harga,” ungkap Andrian.
Selain itu, kebiasaan penimbunan oleh oknum pedagang serta keterbatasan infrastruktur pasar tradisional untuk distribusi cepat menjadi tantangan tersendiri.
Untuk mengantisipasi hal itu, PPJ berkoordinasi dengan Satgas Pangan dan Polresta Bogor Kota dalam mencegah penimbunan, sekaligus meningkatkan transparansi informasi pasokan.
Dengan berbagai upaya tersebut, Perumda Pasar Pakuan Jaya berkomitmen menjaga inflasi di Kota Bogor tetap terkendali.
“Kunci utamanya ada pada kolaborasi. PPJ tidak bisa berjalan sendiri, tapi bersama Pemkot, BI, Bulog, distributor, dan masyarakat, kita bisa menjaga kestabilan harga kebutuhan pokok,” pungkas Andrian.(Ibnu Galansa)