Bogordaily.net – Prestasi membanggakan kembali ditorehkan pelajar Indonesia di kancah internasional. Riau Alexsandro Alvino, siswa kelas 12 SMA Metta Maitreya, Pekanbaru, berhasil mencuri perhatian lembaga antariksa paling bergengsi di dunia, NASA (National Aeronautics and Space Administration).
Pemuda asal Riau ini menerima sertifikat penghargaan resmi dari NASA setelah berhasil mengungkap celah keamanan dalam sistem mereka melalui program resmi Vulnerability Disclosure Program (VDP).
Berawal dari ketertarikan terhadap dunia keamanan siber, Alex memanfaatkan waktu luangnya untuk mengikuti berbagai tantangan dan program bug bounty ajang pencarian celah keamanan siber, baik dari lembaga nasional maupun internasional. Sampai akhirnya, ia menjajal kemampuan dalam program VDP milik NASA.
“Memang itu kan VDP, VDP itu adalah vulnerability disclosure program, jadi saya dapet penghargaan, yaitu berupa sertifikat apresiasi dari NASA,” ucap Alex dikutip pada Rabu, 6 Agustus 2025.
Ngulik Sistem NASA Selama Sebulan
Dengan penuh semangat, Alex bercerita bahwa proses “ngulik-ngulik” sistem NASA ia lakukan selama sebulan. Hasilnya tak sia-sia, ia berhasil menemukan tiga celah keamanan yang dikategorikan sebagai P4 (Prioritas 4), yang tetap merupakan temuan penting di sistem besar seperti NASA.
“Saya ngulik-ngulik dan ternyata selama sebulan saya ngulik, dapet juga (kelemahannya), saya dapet P4 itu totalnya tiga, saya dapat penghargaan dari NASA,” ujarnya.
“Karena di situ untuk orang Indonesia sendiri yang saya cari selama ini memang enggak ada yang dapet P1 atau kritikal di website NASA atau globe.gov,” tambahnya.
Akan tetapi, Alex memang sudah cukup lama belajar coding, namun karena sudah marak perkembangan kecerdasan buatan (AI) ia memutuskan memperluas pelajarannya ke keamanan siber.
“Akhirnya saya melihat peluang di cybersecurity yang dimana juga ada berkaitan dengan coding gitu. Akhirnya saya masuk lah ke sana, biar enggak rugi-rugi kali lah ilmu saya yang coding-coding itu,” ucapnya.
“Saya bisa sampai ke titik ini juga karena orangtua saya orangtua saya tuh melarang saya main game. Jadi ketika saya udah nggak boleh main game saya bingung mau ngapain kak dan akhirnya saya belajar. Dan itu yang bangun konsistensi saya,” pungkasnya.***