Bogordaily.net – KB-TK Bosowa School kembali menyelenggarakan kegiatan Parents Teachers Learning Programme (PTLP), sebuah program yang dirancang khusus untuk mempererat kolaborasi antara orang tua dan guru dalam mendukung perkembangan anak.
Kegiatan ini digelar secara daring pada Senin (15/9/2025) dan Rabu (17/9/2025), melibatkan tiga unit sekolah di bawah naungan Bosowa School, yakni Sekolah Alam Bosowa Makassar, KB-TK Bina Insani Bogor, dan KB-TK Bosowa Al Azhar Cilegon.
Head of Kurikulum Bosowa School, Lies Rachmawati, menjelaskan bahwa PTLP memang menjadi program rutin yang digagas untuk menyamakan persepsi orang tua dan guru mengenai konsep pendidikan anak.
“PTLP (Parents Teachers Learning Programme) adalah program pendidikan untuk orang tua dan guru di lingkungan Bosowa School. Dalam kesempatan kali ini dilaksanakan secara online di unit Baby House, KB, dan TK,” ujarnya.
Peserta yang diundang dalam kegiatan ini adalah orang tua siswa baru dan orang tua siswa pindahan dari masing-masing unit sekolah. Tujuannya tidak hanya memberikan pengetahuan mengenai kurikulum dan metode pembelajaran, tetapi juga membekali orang tua dengan keterampilan mendukung pendidikan anak di rumah.
Materi Mendalam tentang Kurikulum, Tahapan Perkembangan, dan Multiple Intelligences
Dalam sesi pertama, Tjutju Herawati, membawakan makalah berjudul “Curricular Domains, Multiple Intelligences, Seven Essential Skills: Sinergi Program Pendidikan di Sekolah dan di Rumah.”
Ia menekankan pentingnya sinergi empat pilar Bosowa School Kurikulum Nasional, Kurikulum Cambridge, Islamic Studies, dan Literasi yang dirancang sejalan dengan tahapan perkembangan anak.
Tjutju menguraikan berbagai aspek kurikulum yang mencakup perkembangan estetika, afeksi, kognisi, bahasa, psikomotor, dan sosial. Ia juga menyinggung teori Multiple Intelligences dari Howard Gardner, yang mengklasifikasikan kecerdasan anak tidak hanya sebatas logika dan bahasa, tetapi juga mencakup kecerdasan musikal, kinestetik, spasial, interpersonal, hingga intrapersonal.
“Berbagai penelitian telah menemukan bahwa keterampilan-keterampilan ini sangat penting untuk keberhasilan di sekolah dan kehidupan selanjutnya,” kata Tjutju, mengutip pemikiran Ellen Galinsky dalam buku Mind in The Making.
Pada sesi berikutnya, Tjutju membahas metode Beyond Center and Circle Time (BCCT), yakni sebuah pendekatan pembelajaran berbasis pengalaman nyata melalui kegiatan di sentra.
Dalam praktiknya, anak diajak untuk bermain sekaligus belajar dalam lingkungan yang dirancang khusus, seperti sentra bahan alam, seni, balok, hingga memasak.
“BCCT memberikan kesempatan belajar melalui pengalaman positif. Dengan begitu, anak tidak hanya memahami konsep, tetapi juga mengembangkan keterampilan sosial dan emosional sesuai tahap perkembangannya,” jelasnya.
Strategi Komunikasi Efektif untuk Anak
Pemateri kedua, Yuli Oktania, mengangkat tema “Strategi Komunikasi Anak.” Menurutnya, komunikasi bukan hanya soal kata-kata, melainkan juga ekspresi wajah, tindakan, hingga bahasa tubuh. “Komunikasi adalah apa yang kita katakan dan bagaimana cara kita mengatakan,” kata Yuli.
Ia menekankan bahwa komunikasi yang baik akan membangun hubungan yang hangat, menumbuhkan kerja sama, serta menumbuhkan rasa dihargai. Sebaliknya, komunikasi yang buruk justru bisa menimbulkan konflik dan membuat anak merasa tidak berharga.
Yuli memberikan berbagai tips untuk membangun komunikasi positif dengan anak, mulai dari mendengarkan dengan penuh perhatian, menggunakan bahasa positif, hingga menghindari kata-kata yang merendahkan.
“Komunikasi yang baik membantu anak mengembangkan rasa percaya diri, harga diri, serta kemampuan menjalin hubungan sehat dengan orang lain,” tambahnya.
Membiasakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat
Pemateri terakhir, Heni Marlina, membawakan materi tentang 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat. Program ini merupakan gerakan pembentukan karakter yang dicanangkan Kemendikdasmen untuk mendukung lahirnya Generasi Emas Indonesia 2045.
Ketujuh kebiasaan yang dimaksud adalah bangun pagi, beribadah, olahraga, gemar belajar, makan sehat dan bergizi, bermasyarakat, serta tidur cepat.
Heni menjelaskan kebiasaan-kebiasaan tersebut dari berbagai sudut pandang: tujuan, manfaat, hingga perspektif Islam. Misalnya, bangun pagi bukan hanya soal kedisiplinan, tetapi juga berkaitan dengan semangat belajar, kesehatan tubuh, dan keberkahan hidup.
Heni juga menautkan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat dengan 8 Dimensi Profil Lulusan serta 9 Profil Pembelajar Bosowa. Dengan demikian, pembiasaan karakter tidak hanya berhenti di rumah, melainkan selaras dengan filosofi pembelajaran mendalam (deep learning) yang diterapkan di sekolah.
Sinergi Orang Tua dan Guru untuk Pendidikan Anak
Melalui PTLP, Bosowa School menegaskan pentingnya keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak.
Para narasumber menekankan bahwa stimulasi yang diberikan di rumah harus sejalan dengan metode yang diterapkan di sekolah, sehingga anak mendapat dukungan optimal dalam masa tumbuh kembangnya.
“Melalui metode BCCT, Bosowa School memberikan kesempatan belajar melalui main dengan pengalaman positif sesuai Teori Tahapan Perkembangan Anak. Diharapkan sinergi antara program pendidikan di rumah dengan di sekolah dapat dilaksanakan secara harmonis untuk mencapai tujuan bersama,” ujar Tjutju Herawati.
Kegiatan ini menjadi wujud nyata komitmen Bosowa School dalam membangun ekosistem pendidikan yang melibatkan seluruh pihak, baik guru maupun orang tua, demi mewujudkan anak Indonesia yang cerdas, mandiri, dan berkarakter kuat.