Monday, 13 October 2025
HomeKota BogorBenarkah Janji KDM Hanya untuk Konten? Viral, Pedagang Cincau Tuntut Kejelasan Gubernur...

Benarkah Janji KDM Hanya untuk Konten? Viral, Pedagang Cincau Tuntut Kejelasan Gubernur Jabar

Bogordaily.net – Nanang, seorang pedagang cincau asal Kota Bogor yang sempat viral karena kemampuannya berbicara empat bahasa asing, kembali menarik perhatian publik.

Pria sederhana yang fasih berbahasa Inggris, Jerman, Belanda, dan Spanyol itu kini menyampaikan kekecewaannya terhadap Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi (KDM).

Pasalnya, ia merasa pernah dijanjikan pekerjaan sebagai penerjemah pribadi, namun hingga kini janji tersebut tak juga terbukti.

Nanang pertama kali dikenal luas setelah tampil dalam video di kanal YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel.

Dalam tayangan itu, KDM tampak terkesan dengan kemampuan bahasa yang dimiliki Nanang dan secara spontan menyebut ingin mengangkatnya sebagai penerjemah.

Namun, setelah berbulan-bulan berlalu, tidak ada tindak lanjut dari pernyataan tersebut.

“Saya kecewa karena ucapan Gubernur Jawa Barat itu tidak pernah diwujudkan. Seolah hanya menjadi janji yang diucapkan tanpa kesungguhan,” ungkap Nanang, Minggu 12 Oktober 2025.

Menurutnya, wajar jika seorang manusia merasa kecewa ketika harapan yang diberikan oleh sosok yang dihormati justru tidak ditepati.

“Kalau memang niatnya hanya untuk konten, seharusnya jangan berjanji. Saya paham dunia politik penuh strategi, tapi bagi saya janji adalah utang moral yang semestinya dipenuhi, apalagi sudah terekam di media,” tambahnya.

Sejak video tersebut ramai diperbincangkan, banyak masyarakat yang datang ke lapak dagangannya dan mempertanyakan mengapa ia belum menjadi penerjemah seperti yang sempat dijanjikan KDM.

“Setiap hari ada saja yang bertanya, ‘Pak Nanang, kok belum jadi penerjemah KDM?’ Saya cuma bisa jawab tidak tahu. Kadang setelah itu saya merasa sedih, bahkan meneteskan air mata karena kecewa,” tuturnya.

Nanang juga menyoroti pandangan masyarakat yang kerap menilai seseorang dari penampilan dan status ekonomi.

“Apakah karena saya hanya pedagang kecil, tidak berpendidikan tinggi, lalu dianggap tidak pantas? Jangan hanya orang berpenampilan mewah yang diberi kesempatan,” ucapnya.

Ia menegaskan bahwa dalam ajaran Sunda Wiwitan yang ia yakini, nilai seseorang bukan diukur dari kekayaan atau rupa, melainkan dari kejujuran dan ketulusan hati.

(Ibnu Galansa)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here