Bogordaily.net – Mahfud MD tidak pernah membayangkan: cucunya sendiri jadi korban keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG). Program yang katanya mulia itu. Program yang digadang-gadang pemerintah sebagai bukti perhatian negara pada anak-anak sekolah.
“Cucu saya juga keracunan. Ya, MBG di Jogja,” kata Mahfud dalam kanal Youtube-nya, Mahfud MD Official, Rabu (1/10/2025).
Cerita Mahfud bukan sekadar kabar duka keluarga. Dua cucunya muntah-muntah usai makan menu MBG di sekolah. Satu di antaranya bahkan sampai harus dirawat di rumah sakit empat hari.
Yang mengejutkan: satu kelas di sekolah itu juga ikut tumbang. “Satu kelas itu delapan orang langsung muntah-muntah,” kata Mahfud.
Bukan Angka, tapi Nyawa
Mahfud mengingatkan, jangan pernah menyepelekan korban. Meski angka keracunan dibanding total penerima MBG terlihat kecil.
“Itu menyangkut nyawa, menyangkut kesehatan. Jadi bukan persoalan angka,” tegas mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu.
Mahfud bahkan mengingatkan pemerintahan Presiden Prabowo: jangan remehkan kasus keracunan MBG. Program ini mulia, tapi jika dijalankan asal-asalan, bisa berubah jadi bencana.
Fakta Lapangan: 6.457 Korban
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hidayana, melaporkan: lebih dari 6.457 orang telah jadi korban keracunan MBG. Itu data resmi per 30 September 2025.
Kasus paling banyak di Pulau Jawa. Hanya di Garut saja, 60 orang keracunan. “Belum semua dapur MBG punya sanitasi air yang baik. Maka Presiden memerintahkan agar semua SPPG (dapur MBG) punya alat sterilisasi,” kata Dadan dalam rapat di DPR.
Program Mulia yang Tergelincir
Dari semangka tipis, beras kualitas rendah, sampai standar cuci piring yang tak layak—semua muncul ke permukaan. Ombudsman sudah menyoroti. Presiden diminta segera turun tangan.
Mahfud menutup komentarnya dengan kalimat yang menusuk: “Program MBG gratis ini adalah program paling bagus, mulia. Tapi harus diteliti lagi, agar jangan sampai program mulia justru mencelakai anak-anak.”
Dan tragedi cucu Mahfud MD keracunan MBG menjadi simbol paling telak: sebuah program mulia bisa gagal total bila manajemennya amburadul.***