Bogordaily.net – Daftar tokoh jebolan Pondok Pesantren Lirboyo Kediri kembali jadi bahan perbincangan publik.
Bukan hanya karena reputasi pesantren ini yang sudah mendunia, tapi karena satu peristiwa yang membuat namanya kembali melambung di jagat maya — kasus Trans 7 yang dinilai menyinggung salah satu kyai sepuh Lirboyo.
Ya, peristiwa kecil di layar televisi itu memantik gelombang reaksi besar. Dari Gus Miftah hingga para kiai muda di berbagai daerah, semuanya bersuara.
Tapi di tengah keramaian itu, publik justru kembali menengok ke akar — ke Lirboyo, pesantren tua yang menjadi kawah candradimuka ribuan santri dan lahirkan ulama besar.
Didirikan pada 1910 oleh KH Abdul Karim, Lirboyo bukan hanya tempat menimba ilmu agama.
Ia juga pernah menjadi basis perjuangan melawan penjajah. Para santri Lirboyo bahkan turun ke Surabaya saat peristiwa 10 November 1945.
Sejak itu, Lirboyo bukan sekadar pesantren — ia simbol. Simbol keikhlasan, keberanian, dan intelektualitas.
Daftar tokoh jebolan Pondok Pesantren Lirboyo Kediri pun tak bisa dihitung dengan jari. Mulai dari ulama, cendekiawan, hingga pengusaha sukses — semuanya punya satu kesamaan: mereka pernah duduk bersila di serambi Lirboyo.
Sebut saja KH Said Aqil Siradj. Mantan Ketua Umum PBNU ini adalah salah satu murid terbaik dari Lirboyo. Di masa mudanya, ia menimba ilmu langsung dari KH Mahrus Aly dan KH Marzuqi Dahlan.
Ilmu dan keteguhan yang ia bawa dari pesantren itu, kelak membentuk karier panjangnya di dunia keulamaan dan kebangsaan.
Lalu ada KH Mahrus Aly. Sosok legendaris yang awalnya datang ke Lirboyo sebagai santri, tapi kemudian menjadi salah satu pengasuh paling disegani.
Lahir di Cirebon, perjalanan hidupnya adalah kisah tentang pencarian ilmu tanpa lelah. Dari pesantren ke pesantren ia berkelana, hingga akhirnya menetap di Lirboyo di bawah bimbingan pendirinya langsung.
Namun Lirboyo tak hanya melahirkan ulama. Dari asrama dan ruang ngaji yang sederhana itu juga muncul pengusaha sukses seperti Mohammad Amirudin.
Alumni tahun 1992–1998 ini memulai usaha sepatu dari rumahnya di Mojokerto, berbekal pesan dari KH Anwar Mansur: “Tetaplah mengaji meski sudah di rumah.” Kini Amir punya 40 karyawan dan omzet mencapai Rp600 juta per bulan.
Di sisi lain, muncul generasi baru seperti Ning Imaz Fatimatuz Zahra. Santriwati cerdas, hafizah, dan dai muda yang mampu menjembatani tradisi pesantren dengan dunia digital.
Ia aktif di media sosial, membawakan kajian melalui kanal YouTube NU Online, dan menjadi panutan santri perempuan di seluruh Indonesia.
Daftar tokoh jebolan Pondok Pesantren Lirboyo Kediri membuktikan satu hal: bahwa pesantren bukan tempat yang memenjarakan masa depan. Justru dari sana lahir para pembuka jalan — yang memadukan ilmu, akhlak, dan keberanian menghadapi zaman.
Dan mungkin, dari asrama kecil yang masih berdiri kokoh di Kediri itu, akan terus lahir tokoh-tokoh besar berikutnya.
Karena Lirboyo, pada dasarnya, bukan hanya tempat belajar agama. Ia adalah tempat membangun karakter — dengan ilmu, ketulusan, dan doa yang tidak pernah putus.***