Monday, 20 October 2025
HomeKota BogorKisah Pilu di Terminal Baranangsiang, Perjuangan Hidup Sopir Angkot di Tengah Bahaya...

Kisah Pilu di Terminal Baranangsiang, Perjuangan Hidup Sopir Angkot di Tengah Bahaya Korsleting dan Turunnya Penumpang

Bogordaily.net – Deru mesin dan teriakan kenek bersahutan di Terminal Baranangsiang, jantung transportasi Kota Bogor yang tak pernah benar-benar tidur.

Di antara kepulan asap knalpot dan hiruk-pikuk penumpang yang berlalu-lalang, tersimpan kisah keteguhan hati para sopir angkutan kota (angkot), mereka yang menjadi urat nadi mobilitas warga Kota Hujan.

Namun, di balik kesibukan itu, terselip bayang-bayang ketakutan. Sebuah insiden kebakaran angkot di salah satu sudut kota baru-baru ini mengguncang rasa aman, sekaligus membuka perbincangan baru tentang keselamatan transportasi publik di Bogor.

Hendra (45), seorang sopir angkot 09 rute Baranangsiang–Pasar Baru, adalah salah satu dari sekian banyak wajah pejuang di terminal ini.

Selama 15 tahun, ia mengais rezeki dari balik kemudi, memulai hari sejak pukul enam pagi hingga senja menjelang. Baginya, menjadi sopir bukan sekadar pekerjaan, tetapi sebuah bentuk pelayanan.

“Saya pernah bantu ibu-ibu mau lahiran, saya antar sampai rumah sakit tanpa minta bayaran. Rasanya puas banget bisa bantu,” kenang Hendra.

Namun, semangat pelayanan itu kini diuji oleh tantangan ekonomi yang berat. Maraknya transportasi online secara drastis menggerus jumlah penumpangnya.

“Dulu bisa bawa pulang seratus ribu sehari, sekarang kadang cuma cukup buat bensin dan setoran,” keluhnya.

Bertahan di Tengah Tekanan dan Perubahan

Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang tak diimbangi penyesuaian tarif semakin menghimpit pendapatan mereka.

Meski begitu, para sopir tetap berusaha bertahan. Mereka beradaptasi dengan meningkatkan pelayanan: lebih ramah, menjaga ketepatan waktu, dan memastikan kebersihan angkot. Hubungan dengan pengemudi ojek online yang dulu sempat memanas pun kini telah membaik.

“Sekarang sama-sama cari makan,” ujar Hendra.

Di sela antrean kendaraan, mereka sering bercanda satu sama lain, saling berbagi rokok, dan sesekali menumpang istirahat di bawah pohon besar di pinggir terminal.

Terminal Baranangsiang yang dulu megah kini tampak menua. Beberapa bagian perlu peremajaan, terutama fasilitas bagi sopir dan penumpang.

“Musholanya bagus, tapi tempat istirahat buat sopir kecil dan sering penuh. Toilet juga kadang kurang bersih,” ungkap Hendra.

Mereka berharap ada perbaikan fasilitas, kebersihan, dan penataan lalu lintas yang lebih tegas untuk mengatasi kemacetan di depan terminal.

Kekhawatiran Penumpang

Aktivitas di Terminal Baranangsiang mungkin terlihat normal, namun insiden angkot yang terbakar di wilayah lain di Kota Bogor meninggalkan jejak kecemasan di benak para penumpang.

Peristiwa yang diduga akibat korsleting listrik itu menjadi pengingat akan pentingnya keselamatan.

Rina, seorang pegawai swasta yang setiap hari menaiki angkot rute Baranangsiang–Bubulak, menyuarakan kekhawatirannya.

“Jujur saja kaget dan takut. Setelah kejadian itu, saya jadi lebih hati-hati milih kendaraan. Kalau kelihatan mobilnya tua atau mesinnya berasap, saya pilih tunggu yang lain,” ujarnya.

Harapannya sederhana namun mendasar: para sopir lebih waspada dan pemerintah lebih proaktif.

“Saya harap sopir jangan merokok di dalam mobil dan pastikan mobilnya aman sebelum jalan. Pemerintah juga harus rutin melakukan pengecekan kendaraan,” tambah Rina.

(Zahroh)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here