Monday, 6 October 2025
HomeNasionalKopdes Merah Putih Desa Aeng Batu-Batu, Membangun Harapan dan Kesejahteraan

Kopdes Merah Putih Desa Aeng Batu-Batu, Membangun Harapan dan Kesejahteraan

Bogordaily.net – Di sebuah sudut Desa Aeng Batu-Batu, Kecamatan Cigasong Utara, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan (Sulsel), semangat gotong royong yang mengakar kuat di desa itu kini tumbuh menjadi sebuah unit bisnis baru berbentuk Koperasi Desa/ Kelurahan (Kopdes/Kel) Merah Putih. Koperasi ini bukan hanya muncul sebagai representasi antusiasme masyarakat terhadap komitmen pemerintah untuk membangun simpul perekonomian di desa melalui program Kopdes/ Kel Merah Putih.

Koperasi Desa Aeng Batu-Batu ini tidak hanya sekedar wadah ekonomi masyarakat, melainkan simbol harapan baru masyarakat desa untuk dapat menata kehidupan yang lebih baik dan sejahtera. Kehadiran koperasi ini seolah menjawab keresahan lama tentang mahalnya kebutuhan pokok, jauhnya akses layanan kesehatan, dan terbatasnya peluang usaha di pedesaan. Kini, semua bayang-bayang suram ini perlahan berubah.

Kisah perjalanan Koperasi Desa Merah Putih Aeng Batu-Batu ini memang tergolong baru tetapi tidaklah muncul secara instan. Namun koperasi ini tumbuh dari nol di tengah keterbatasan masyarakat di desa ini. Namun berkat tekad kuat pengurus dan dukungan masyarakat, serta budaya gotong royong yang telah mendarah daging membuat langkah demi langkah pembentukan koperasi terwujud.

Dari Nol Hingga Beromzet Ratusan Juta Manajer Bisnis dan Operasional Koperasi Desa Merah Putih Aeng Batu-Batu, Wahyudin Mapparetta menceritakan awal mula perjalanan panjang koperasi ini. Ia mengingat betul masa ketika pendirian koperasi masih dibayang-bayangi keterbatasan anggaran. Bermula dari obrolan beberapa orang di bawah pohon dan berbekal dari informasi terbatas dari media sosial terhadap isi pidato Presiden Prabowo usai dilantik yang menyebut soal ekonomi berbasis gotong royong berupa koperasi.

Pidato Presiden yang menyenggol soal pentingnya berkoperasi untuk mewujudkan kemandirian, kesejahteraan dan kedaulatan ekonomi masyarakat menjadi pemantik diskusi beberapa warga di Desa Aeng Batu-Batu. Terlebih setelah beberapa saat kemudian Presiden kembali menegaskan perihal keinginannya membangun koperasi sebanyak 80.000 unit di seluruh desa di Indonesia semakin membulatkan tekad untuk mewujudkan pendirian koperasi.

Namun, Wahyudin mengatakan di awal pembentukan yang diawali dengan musyawarah desa, belum begitu banyak masyarakat yang tertarik apalagi melirik rencana ini. Beberapa waktu kemudian, berbekal komitmen yang tinggi dan dukungan dari pemerintah desa Aeng BatuBatu, perlahan – lahan simbol pendirian koperasi diwujudnyatakan dengan membangun Kantor Koperasi.

Dari sinilah warga masyarakat mulai melirik keseriusan pengurus dan perlahan jumlah anggota meningkat. “Kami memulai dengan mengajak masyarakat satu per satu untuk menanamkan uangnya dalam bentuk simpanan sukarela,” katanya. Dari situlah perlahan dana terkumpul untuk menjalankan roda koperasi.

Dengan bekal keberanian, koperasi ini kemudian didukung dana desa. Maka lahirlah gerai sembako, kantor KSP (Koperasi Simpan Pinjam) unit syariah, hingga klinik dan apotek desa. Semua dibangun agar manfaat langsung terasa oleh masyarakat. Hasilnya luar biasa, sejak launching pada Juli 2025, hanya dalam tiga hari operasional Koperasi Desa Aeng Batu-Batu mampu mencatat omzet Rp45–50 juta. Berbekal capaian ini, Pengurus sempat yakin akan mampu membukukan omset hingga Rp500 juta per bulan. Sayangnya, perjalanan tidak selalu mulus sesuai harapan dan ambisi.

Masalah distribusi bahan pokok yang dijual melalui Gerai Sembako sempat membuat roda usaha tersendat. Namun Wahyudin dan pengurus koperasi lainnya mensiasati dengan komunikasi intensif kepada pemasok sehingga hambatan itu perlahan bisa teratasi. Kini, gerai sembako telah mencatat omzet sekitar Rp400 juta. Selain Gerai Sembako, klinik kesehatan juga ternyata menjadi primadona bagi masyarakat desa. Karena posisinya dekat dengan rumah warga dengan layanan terjangkau, masyarakat desa memanfaatkannya untuk melakukan pemeriksaan kesehatan.

“Kami sudah buka tiga poli, yaitu poli umum, gigi, dan ibu-anak. Saat ini yang berjalan penuh baru dua, tapi insyaallah dengan dukungan bantuan peralatan, semuanya bisa optimal,” tambah Wahyudin dengan penuh keyakinan. Secara total Koperasi Merah Putih Desa Aeng Batu- Batu memiliki 10 gerai yaitu Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Syariah, Gerai Sembako, Pangkalan Gas, Mandiri Agen, Agen Pos, Klinik Kesehatan, Apotek, Cafe Merah Putih, Gudang dan Toko Saprodi (Sarana, Prasarana, Alat Produksi).

Ke depan pengurus berencana menambah tiga unit bisnis baru yaitu Pabrik es karena dibutuhkan untuk hasil tangkapan perikanan oleh nelayan, Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) dan pengadaan kapal perikanan yang difasilitasi oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Dengan potensi desa yang cukup lengkap yaitu laut, pantai, tambak, perkebunan, pertanian hingga peternakan akan dioptimalkan oleh koperasi sebagai aset agar mampu mendatangkan cuan bagi masyarakat.

Dalam upaya mewujudkan semua visi, misi tersebut, Wahyudin berharap agar pemerintah melalui Bank Himbara dapat segera mengucurkan dukungan pembiayaan untuk menambah modal kerja bagi Koperasi. Ia sangat yakin bahwa seluruh target jangka pendek, menengah dan panjang dapat tercapai dengan dukungan semua pihak. “Kami sudah menyusun proposal bisnis yang lengkap untuk semua unit usaha termasuk proposal bisnis untuk unit bisnis yang nanti akan kami tambahkan,” tutupnya dengan penuh harap.

Salah satunya Ratu (52 tahun), seorang warga Desa Aeng Batu-Batu, bercerita bagaimana kehidupannya kini jauh lebih mudah terutama untuk mendapatkan kebutuhan dasar seperti sembako dan barang-barang subsidi dari pemerintah. “Setelah ada koperasi desa Merah Putih sangat membantu, apalagi di gerai ada bahan pokok yang lebih murah dibanding warung di luar,” ujarnya dengan penuh rasa syukur. Bagi Ratu, harga minyak, gula, beras, hingga gas LPG di gerai koperasi benar-benar meringankan beban rumah tangganya. Ia bisa berhemat tanpa harus jauh-jauh mencari tempat belanja dengan harga yang lebih murah. Harapannya, gerai sembako koperasi bisa menyediakan lebih banyak komoditas, sehingga masyarakat semakin betah berbelanja di sana.

Tidak hanya kebutuhan pokok, fasilitas kesehatan berupa apotik dan klinik desa juga sangat membantunya. “Kalau lagi sakit, kami lebih dekat untuk periksa kesehatan. Lebih murah, lebih mudah diakses,” ucapnya sambil tersenyum lega. Kisah Ratu ini mewakili suara banyak warga yang merasakan langsung manfaat Kopdes Merah Putih.

Kepala Desa Aeng Batu-Batu, Syarifa Ratu Yuliani, menceritakan baginya keberadaan koperasi ini akan mengubah wajah desa yang ia pimpin untuk lebih baik dan lebih sejahtera. Koperasi ini digadang-gadang dapat menjadi tumpuan baru perekonomian desa.

Menurut Syarifa, koperasi adalah kunci untuk memaksimalkan potensi lokal dan menjadikannya sumber kesejahteraan bersama. Dengan kerja sama yang baik, desa dapat tumbuh lebih mandiri. Untuk itulah, Perangkat Desa tidak segan-segan memberikan dukungan untuk melakukan pembangunan gerai dan fasilitas lainnya dari dana desa yang dimilikinya.

Dukungan penuh ini tanpa ragu diberikan ke pengurus karena pemerintah Desa Aeng BatuBatu menatap optimis para pengelola Koperasi amanah dan memiliki komitmen yang tinggi terhadap upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Meski demikian, Syarifa mengiba ke pemerintah melalui perbankan untuk segera memenuhi harapan para pengurus untuk memberikan tambahan permodalan agar koperasi bisa berkembang lebih jauh.

“Semoga ke depan masyarakat bisa lebih sejahtera,” imbuhnya penuh doa. Dari kisah Wahyudin, pengalaman Ratu, hingga pandangan Syarifa, tergambar jelas bahwa Kopdes Merah Putih bukanlah sekadar lembaga ekonomi desa.

Ia adalah ruang kebersamaan yang menyatukan masyarakat, pemerintah, dan pelaku usaha lokal dalam satu visi besar: menjadikan desa sebagai pusat kemandirian dan kesejahteraan.***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here