Tuesday, 28 October 2025
HomeViralPetisi Batalkan Pelaksanaan TKA 2025 Viral, Ribuan Siswa Suarakan Protes ke Pemerintah

Petisi Batalkan Pelaksanaan TKA 2025 Viral, Ribuan Siswa Suarakan Protes ke Pemerintah

Bogordaily.net – Petisi “batalkan pelaksanaan TKA” itu muncul diam-diam. Tapi seperti bara kecil yang jatuh ke ladang kering, ia cepat menjalar ke mana-mana.

Seorang siswa—menyebut dirinya “siswa agit”—memulainya di laman change.org pada Minggu, 26 Oktober 2025.

Jumlahnya kini sudah mencapai 106.503 orang menandatangani petisi batalkan pelaksanaan TKA itu dan sepertinya akan terus bertambah. Tanda keresahan sedang mencari tempat bernaung.

TKA—Tes Kemampuan Akademik—adalah alat ukur baru buatan pemerintah. Didesain untuk menilai kemampuan akademik siswa SMA, SMK, MA, dan MAK. Dalam teori, ini adalah langkah menuju “standarisasi nasional”. Dalam praktik, banyak yang gagap.

Agit menulis dalam petisinya:

“Sistem ini menambah tekanan bagi siswa dan siswi.”

Ia tak marah. Ia cemas. Sekolahnya semula menggunakan Kurikulum Merdeka—yang tak mengenal TKA. Lalu, mendadak ada surat keputusan: TKA diberlakukan mulai November 2025.

Bahkan kisi-kisi soalnya pun datang terlambat. Para guru baru bisa menyiapkan latihan setelah bulan Juli. Itu pun tak tepat sasaran.

Soal simulasi berbeda dari prediksi. Akibatnya, bimbingan belajar harus mengulang semua persiapan hanya dalam hitungan minggu.

“Cukupan materinya terlalu luas,” tulis agit.

Ia seperti mewakili ribuan siswa lain yang mungkin ingin berkata hal yang sama, tapi tak tahu ke mana harus bersuara.

Fenomena ini bukan sekadar tentang ujian. Ini tentang rasa kehilangan arah. Pemerintah mengumumkan jadwal TKA: simulasi mulai 6 Oktober, gladi bersih pada 27–30 Oktober, dan pelaksanaan utama 3–9 November 2025.

Tapi bahkan gladi bersih pun bermasalah. Server eror. Banyak ibu yang waswas anaknya tak mampu mengikuti TKA itu.

Siswa-siswa itu kini tak mau menunggu hari H. Mereka sudah bicara lewat klik, lewat tanda tangan digital. Lewat “petisi batalkan pelaksanaan TKA” yang kini viral.

Mereka mungkin tak ingin menolak belajar. Mereka hanya ingin diberi waktu bernapas.

Sebab kadang, dalam pendidikan, yang paling dibutuhkan bukan tambahan ujian — tapi sedikit pengertian.***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here