Sunday, 2 November 2025
HomeOpiniE-Commerce Cerdas, Konsumen Cermat: Tantangan Komunikasi di Era Kecerdasan Buatan

E-Commerce Cerdas, Konsumen Cermat: Tantangan Komunikasi di Era Kecerdasan Buatan

Bogordaily.net – Kecerdasan Buatan Mengubah Wajah E-Commerce. Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) telah membawa e-commerce ke tingkat efisiensi baru. Sistem cerdas kini mampu membaca pola belanja, merekomendasikan produk, bahkan menjawab pertanyaan pelanggan dalam hitungan detik. E-commerce menjadi semakin personal, efisien, dan cepat. Namun di balik kemudahan itu, muncul tantangan baru dalam komunikasi digital, bagaimana menjaga hubungan yang manusiawi antara konsumen dan sistem yang digerakkan oleh algoritma?

Komunikasi di Era AI lebih Cepat, Tepat, tapi Kurang Empati
AI memungkinkan personalisasi pesan dengan presisi tinggi. Chatbot menggantikan peran manusia dalam melayani pelanggan, dan algoritma menentukan produk mana yang “paling sesuai” dengan minat konsumen. Sayangnya, komunikasi yang dihasilkan AI sering kali terasa mekanis dan tanpa emosi. Dalam perspektif ilmu komunikasi, keberhasilan interaksi tidak hanya ditentukan oleh ketepatan pesan, tetapi juga oleh emotional connection dan empati antara pengirim dan penerima pesan. Ketika faktor ini hilang, komunikasi berubah menjadi transaksi informasi semata, bukan hubungan bermakna.

Literasi Digital sebagai Kunci
Di tengah dominasi teknologi, konsumen perlu menjadi subjek aktif, bukan sekadar objek data. Literasi digital menjadi kemampuan penting agar konsumen mampu memahami cara kerja algoritma, mengenali strategi komunikasi pemasaran, dan menghindari manipulasi informasi. Konsumen yang cermat tidak hanya melihat harga dan promo, tetapi juga menilai transparansi, etika, dan keaslian komunikasi yang disampaikan oleh platform e-commerce. Dalam konteks ini, kesadaran komunikasi menjadi bentuk empowerment di tengah dunia yang dikuasai oleh kecerdasan buatan.

Tantangan Etika dan Kepercayaan
AI memang cerdas, tetapi tidak netral. Algoritma dikendalikan oleh data dan kepentingan tertentu. Ketika data pribadi dikumpulkan tanpa transparansi, kepercayaan konsumen pun terancam. Etika komunikasi digital menuntut adanya kejujuran dan perlindungan privasi. Pelaku e-commerce harus menyadari bahwa keberhasilan jangka panjang tidak hanya ditentukan oleh teknologi, tetapi juga oleh kepercayaan publik yang dibangun melalui komunikasi yang terbuka dan bertanggung jawab.

Menyatukan Teknologi dan Kemanusiaan
Ilmu komunikasi memiliki peran strategis dalam menjembatani kecerdasan buatan dan nilai-nilai kemanusiaan. Komunikasi bukan hanya soal mengirim pesan, tetapi juga menciptakan makna. Oleh karena itu, strategi komunikasi di e-commerce era AI perlu dirancang dengan prinsip human centered communication menggunakan teknologi tanpa menghilangkan empati, memahami data tanpa mengabaikan perasaan.

Penutup: Menyeimbangkan Cerdasnya Sistem dan Cermatnya Manusia
E-commerce akan terus berkembang seiring kemajuan AI, tetapi kualitas komunikasi tetap ditentukan oleh manusia. Sistem boleh semakin cerdas, tetapi konsumen juga harus semakin cermat. Tantangan ke depan bukan hanya bagaimana teknologi memahami perilaku manusia, tetapi bagaimana manusia memahami kembali makna komunikasi di tengah dunia digital yang serba otomatis. Kecerdasan sejati dalam komunikasi bukan pada algoritma, melainkan pada kesadaran untuk tetap manusiawi di tengah derasnya inovasi teknologi.***

Oleh: Silvi Aris Arlinda, S.I.Kom., M.I.Kom
Dosen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Slamet Riyadi

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here