Bogordaily.net – Arti Plenger dalam bahasa gaul hari ini mendadak jadi kata yang berseliweran di linimasa. Istilah yang dulu mungkin hanya akrab di tongkrongan kecil, kini melebar ke TikTok, Instagram, bahkan forum bola.
Arti Plenger dalam bahasa gaul juga jadi pertanyaan yang sama sekali tidak sederhana. Apalagi bagi mereka yang tidak tumbuh dalam kultur bahasa Jawa.
“Plenger itu hinaan? Atau cuma bercanda?” Pertanyaan itu—anehnya—malah ikut viral.
Di dunia slang, tidak semua kata lahir melalui jalur resmi. Banyak yang liar. Banyak yang muncul begitu saja.
“Plenger” termasuk jenis itu. Ia datang tanpa resminya kamus. Tanpa peresmian KBBI. Tanpa seminar budaya.
Yang membuatnya hidup justru warganet: para kreator meme, komentator, dan penggemar bola yang tidak pernah kehabisan bahan ledekan. “Bocah plenger.” “Muka plenger.” “Udah dikasih menang, masih nyenggol… muka plenger.” Ungkapan seperti itu berseliweran.
Dari mana asalnya?
Untuk menjawab itu, kita harus mundur ke bahasa Jawa formal. Ada dua kata yang suaranya terasa dekat:
Plengeh.
Kata yang menggambarkan ekspresi cengar-cengir polos—seringnya dianggap bego atau tidak nyambung. Senyum lebar yang muncul di saat yang tidak tepat. Senyum yang membuat orang lain geregetan.
Blenger.
Kata ini lebih populer. Ia menggambarkan kondisi lemas, eneg, kekenyangan, atau kelebihan sesuatu. Biasanya makanan. Tapi maknanya bisa melebar ke mental: kebanyakan drama, kebanyakan begadang, kebanyakan masalah.
Ada dugaan kuat bahwa “plenger” adalah hibrida keduanya:
wajah polos–bego (plengeh) + kondisi lemas/tepar (blenger).
Jadilah label yang pas untuk menggambarkan seseorang yang tingkahnya konyol, tapi wajahnya seperti terlalu banyak kena hidup.
Yang menarik, kata “plenger” punya panggung utamanya: media sosial.
Di reels, komentar bola, atau video tongkrongan, kata ini hampir selalu dipakai untuk orang—bukan barang atau situasi. Dan nuansanya bukan sindiran kasar. Lebih seperti ledekan akrab.
Bocah plenger.
Biasanya ditujukan ke remaja yang bandel, konyol, bikin heboh, tapi tetap mengundang tawa.
Muka plenger.
Istilah yang paling spesifik. Wajah linglung, bego-bego lucu, atau bengong akibat kurang tidur. Kadang juga wajah seseorang yang jelas-jelas kalah argumen, tapi masih nyenggol.
Di rivalitas suporter, istilah ini lebih pedas: mereka menyebut “muka plenger” untuk mengejek lawan yang sok jago, tidak paham situasi, atau tetap ribut meski posisinya sudah kalah. Ekspresi seperti itu dianggap “ideal” untuk dijadikan bahan meme.
Karena tidak ada definisi resmi, yang paling tepat adalah mendefinisikan “plenger” berdasarkan fungsi sosialnya.
Plenger adalah label bernada meledek untuk seseorang yang terlihat linglung, bego lucu, atau lemas akibat kondisi tertentu—dan karenanya ekspresinya mudah dijadikan bahan olok-olok.
Dalam bahasa Indonesia santai, padanannya kira-kira: “muka bego banget,” “muka tepar tapi sok rame,” atau “bengong tapi tingkahnya aneh.”
Kata ini mudah menyebar karena bunyinya sangat “Jawa”—ringan, jenaka, dan enak dilempar sebagai lelucon. Tidak heran penuturnya meluas ke komunitas Jawa, Sunda, hingga ngapak.
Begitulah perjalanan sebuah kata gaul:
lahir tanpa bapak, menyebar tanpa sponsor, namun mendadak punya masa depan panjang.
Dan hari ini, “plenger” sedang berada di puncak hidupnya.***
