Bogordaily.net – Di balik gemuruh sorak kemenangan para atlet disabilitas Kabupaten Bogor, ada sosok yang kerap luput dari sorotan.
Ia bukan atlet yang berdiri di podium, bukan pula pejabat yang menyerahkan medali. Namanya Doris Sundari, mentor sekaligus pendamping setia anak-anak disabilitas di Sentra Olahraga Disabilitas (SOD) Kabupaten Bogor.
Setiap hari, Bunda – begitu ia disapa – hadir bukan sekadar sebagai pelatih teknis, melainkan sebagai pendengar, penyemangat, sekaligus tempat bersandar bagi para atlet.
Ia memahami betul bahwa membina atlet disabilitas tidak cukup hanya dengan program latihan, tetapi juga membutuhkan kepekaan, empati, dan kesabaran.
“Anak-anak ini bukan hanya butuh dilatih fisiknya, tapi juga hatinya. Mereka harus merasa aman, dihargai, dan dipercaya dulu sebelum bicara soal prestasi,” ujar Doris saat ditemui di sela-sela aktivitas pendampingan di SOD Kabupaten Bogor, Jumat (19/12/2025).
Kepekaan Doris terhadap kebutuhan atlet terlihat dari hal-hal sederhana. Ia hafal kebiasaan, keterbatasan, hingga perubahan emosi para atlet binaannya.
Ketika ada atlet yang terlihat murung, Doris tak segan menghentikan latihan sejenak, duduk berdampingan, dan mengajak berbincang dari hati ke hati.
“Kadang mereka capek bukan karena latihan, tapi karena beban pikiran. Ada yang minder, ada yang rindu keluarga, ada juga yang masih berjuang menerima kondisinya. Di situ peran kami sebagai mentor harus hadir,” tuturnya dengan suara pelan.
Berangkat dari kepedulian itu, Doris tak jarang menyesuaikan metode latihan sesuai kebutuhan masing-masing atlet. Ia memastikan perlengkapan latihan nyaman digunakan, jadwal tidak terlalu memaksa, serta lingkungan latihan tetap ramah dan suportif. Baginya, kenyamanan dan rasa percaya diri atlet adalah pondasi utama prestasi.
Hasil dari pendekatan tersebut perlahan membuahkan hasil. Atlet-atlet binaan SOD Kabupaten Bogor berhasil menorehkan prestasi membanggakan, termasuk medali emas di ajang Piala Gubernur Jawa Barat, Peparpeda, hingga Peparpenas. Namun bagi Doris, prestasi bukanlah tujuan akhir.
“Medali itu bonus. Yang paling penting adalah mereka tumbuh jadi pribadi yang percaya diri, mandiri, dan bangga pada dirinya sendiri,” katanya.
Doris mengakui, mendampingi atlet disabilitas bukan tanpa tantangan. Ada masa-masa lelah, emosional, bahkan merasa tak berdaya. Namun setiap senyum atlet, setiap kemajuan kecil, menjadi penguat untuk terus melangkah.
“Ketika ada atlet yang dulu takut tampil, lalu sekarang berani bertanding, itu rasanya luar biasa. Lelahnya langsung hilang,” ungkapnya sambil tersenyum.
Ia juga menyampaikan apresiasi atas dukungan Pemerintah Kabupaten Bogor, khususnya melalui Sentra Olahraga Disabilitas, yang telah memberikan ruang dan perhatian bagi pembinaan atlet disabilitas.
“Dengan dukungan pemerintah, kami para mentor merasa tidak berjalan sendiri. Harapannya ke depan fasilitas semakin lengkap dan perhatian terhadap atlet disabilitas terus meningkat,” ujar Doris.
Bagi Doris Sundari, SOD bukan sekadar tempat bekerja, melainkan rumah kedua. Di sanalah ia belajar tentang ketulusan, ketangguhan, dan makna perjuangan yang sesungguhnya.
“Anak-anak ini mengajarkan saya bahwa keterbatasan bukan alasan untuk berhenti bermimpi. Mereka justru mengajarkan saya arti kuat yang sebenarnya,” pungkasnya.
Di balik setiap medali yang diraih atlet disabilitas Kabupaten Bogor, ada tangan-tangan yang menggenggam, mata yang selalu awas, dan hati yang tak pernah lelah memberi. Doris Sundari adalah salah satunya.***
