ISU kesehatan mental kini semakin mendapat perhatian serius di tengah masyarakat, termasuk di wilayah Bogor dan sekitarnya. Tekanan kehidupan modern, mulai dari tuntutan pekerjaan, pendidikan, hingga pengaruh teknologi digital, dinilai turut berdampak pada kondisi kesehatan mental warga di berbagai kelompok usia.
Dalam beberapa tahun terakhir, pembahasan mengenai kesehatan mental semakin terbuka di ruang publik. Di Kota dan Kabupaten Bogor, isu ini kerap mencuat seiring meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya keseimbangan antara kesehatan fisik dan psikologis. Kesehatan mental kini dipahami sebagai faktor penting yang memengaruhi produktivitas, keharmonisan keluarga, serta kualitas hidup masyarakat.
Namun, meningkatnya kesadaran tersebut belum sepenuhnya diiringi dengan pemahaman yang merata dan akses layanan kesehatan mental yang mudah dijangkau. Sebagian masyarakat masih belum mengetahui tempat layanan konseling atau ragu untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan mental yang tersedia.
Tekanan kehidupan modern yang serba cepat menjadi salah satu pemicu utama munculnya stres berkepanjangan, kecemasan, hingga depresi. Aktivitas kerja yang padat, kemacetan, tuntutan ekonomi, serta persaingan pendidikan membuat banyak warga, khususnya usia produktif dan pelajar, mengalami kelelahan mental. Kondisi ini sering kali tidak tampak secara kasat mata, namun berpengaruh besar terhadap aktivitas sehari-hari.
Psikolog klinis dari Universitas Indonesia, Dr. Rose Mini Agoes Salim, M.Psi., menjelaskan bahwa gangguan kesehatan mental umumnya muncul akibat tekanan yang berlangsung terus-menerus tanpa diimbangi waktu pemulihan yang cukup.
“Kesehatan mental sangat dipengaruhi oleh kemampuan individu dalam mengelola stres. Jika tekanan hidup tidak dikelola dengan baik dan tidak ada dukungan sosial, risiko gangguan mental akan meningkat,” ujarnya.
Data nasional juga mencerminkan kondisi tersebut. Hasil Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) mencatat sekitar 34,9 persen remaja di Indonesia mengalami masalah kesehatan mental. Kondisi ini turut dirasakan di daerah, termasuk Bogor, yang memiliki jumlah pelajar dan mahasiswa cukup besar.
Fenomena kelelahan mental atau burnout juga mulai dirasakan di lingkungan pendidikan dan dunia kerja di wilayah Bogor. Pelajar menghadapi tekanan akademik, sementara pekerja dibebani target dan tuntutan produktivitas. Dampaknya terlihat pada menurunnya konsentrasi, motivasi, hingga performa kerja.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menegaskan bahwa gangguan kesehatan mental bukan hanya masalah individu, melainkan persoalan kesehatan masyarakat yang memerlukan penanganan terpadu. Pemerintah mendorong penguatan layanan kesehatan mental di puskesmas, rumah sakit, sekolah, dan lingkungan kerja, termasuk melalui edukasi dan upaya pencegahan.
Di tingkat global, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut gangguan kesehatan mental sebagai salah satu penyebab utama disabilitas di dunia. Depresi dan gangguan kecemasan menjadi kondisi yang paling banyak dialami masyarakat modern.
Meski demikian, stigma masih menjadi tantangan besar di masyarakat. Banyak warga yang enggan mencari bantuan karena khawatir mendapat label negatif. Padahal, mencari bantuan profesional dinilai sebagai langkah penting untuk menjaga kesehatan mental.
Pakar kesehatan masyarakat menilai peran keluarga dan komunitas lokal di Bogor sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang suportif. Komunikasi terbuka, dukungan emosional, serta kegiatan sosial di lingkungan tempat tinggal dapat menjadi langkah awal menjaga kesehatan mental warga.
Faktor Penyebab Meningkatnya Masalah Kesehatan Mental
Beberapa faktor yang memicu meningkatnya gangguan kesehatan mental di masyarakat, khususnya di wilayah Bogor, antara lain:
1. Tekanan pekerjaan dan pendidikan
Beban kerja tinggi, target akademik, serta persaingan prestasi.
2. Masalah ekonomi dan biaya hidup
Kebutuhan hidup yang meningkat memicu kecemasan dan stres.
3. Pengaruh media sosial dan teknologi
Tekanan sosial dan perbandingan hidup di ruang digital.
4. Kurangnya keseimbangan hidup
Minimnya waktu istirahat, rekreasi, dan interaksi sosial.
5. Stigma terhadap kesehatan mental
Masih adanya anggapan negatif terhadap individu yang mengalami gangguan mental.
Penutup
Meningkatnya perhatian terhadap kesehatan mental menjadi pengingat bahwa kesejahteraan psikologis merupakan bagian penting dari kualitas hidup masyarakat Bogor. Dengan meningkatkan literasi kesehatan mental, memperluas akses layanan, serta memperkuat peran keluarga dan komunitas, diharapkan warga dapat lebih tangguh menghadapi tekanan kehidupan modern. Kesehatan mental kini bukan lagi isu pribadi, melainkan tanggung jawab bersama demi terciptanya masyarakat yang sehat dan produktif.***
Ditulis oleh: Mahasiswi Semester 5 Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Universitas Institut Umul Quro Al Islami (IUQI) Indri Hofadoaesuh Putri.
