Bogordaily.net – Pergantian itu datang lewat selembar surat telegram. Nomornya panjang, bahasanya resmi, isinya rutin. Tapi nama yang muncul di sana membuat Bogor layak menaruh harapan lebih besar.
AKBP Rio Wahyu Anggoro.
Ia kini resmi menjabat Kepala Kepolisian Resor Kota (Kapolresta) Bogor. Menggantikan Kombes Eko Prasetyo yang ditarik ke Bareskrim Polri. Rotasi jabatan itu tertuang dalam Surat Telegram Kapolri Nomor ST/2781/B/XII/KEP./2025, diterbitkan Senin, 15 Desember 2025, dan ditandatangani Asisten Kapolri bidang SDM Irjen Anwar, atas nama Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Bagi Polri, ini rutinitas organisasi. Bagi Bogor, ini bisa menjadi babak baru.
Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Trunoyudo Wisnu Andiko menyebut mutasi sebagai sesuatu yang lumrah. Ia bicara soal pembinaan karier, profesionalisme, dan optimalisasi pelayanan. Kalimat yang sering kita dengar setiap kali ribuan perwira digeser. Kali ini jumlahnya tidak sedikit: 1.086 perwira Polri ikut bergeser dalam gelombang mutasi tersebut.
Namun, sosok AKBP Rio Wahyu Anggoro membuat mutasi ini terasa lebih dari sekadar administratif.
Sebelum ke Kota Bogor, Rio pernah tugas di Kabupaten Bogo, laku pindah ke jantung birokrasi kepolisian Ibu Kota. Ia menjabat Kepala Bagian Pengendalian Personel (Kabagdalpers) Biro SDM Polda Metro Jaya. Posisi yang menuntut ketelitian, ketegasan, dan keberanian mengambil keputusan tidak populer. Dari sana, ia kini kembali, turun langsung ke lapangan, memimpin wilayah yang kompleks: Kota Bogor.
Nama Rio Wahyu Anggoro tidak asing di lingkungan Polri. Tahun 2024, ia menerima Hoegeng Awards, tepatnya kategori Polisi Pelindung Perempuan dan Anak. Sebuah penghargaan yang tidak datang dari pencitraan, melainkan dari rekam jejak. Dari kerja sunyi. Dari keberanian berpihak.
Ia dikenal tegas terhadap praktik premanisme. Bukan sekadar penertiban seremonial, tetapi penanganan yang menyentuh akar. Preman bukan hanya ditangkap, tapi diputus mata rantai kekuasaannya. Di situlah namanya mulai disebut-sebut: polisi yang tidak nyaman bagi pelaku kejahatan, namun menenangkan bagi warga.
Sementara itu, pejabat lama Kapolresta Bogor, Kombes Eko Prasetyo, diangkat sebagai Penyidik Tindak Pidana Madya Tingkat II Bareskrim Polri. Mutasi ke pusat. Tugas yang lebih teknis, lebih strategis.
Brigjen Trunoyudo menambahkan harapan besar di balik rotasi ini. Polri ingin organisasi yang solid, adaptif, dan mampu memberi perlindungan terbaik bagi masyarakat. Pernyataan normatif. Tapi di tangan orang yang tepat, kata-kata bisa berubah menjadi kerja nyata.
Kini, Bogor menanti gaya kepemimpinan Rio Wahyu Anggoro. Kota penyangga ibu kota. Kota dengan dinamika sosial yang cepat. Kota yang butuh ketegasan tanpa kehilangan empati.
Jika rekam jejaknya konsisten, Kapolresta Bogor yang baru ini bukan sekadar pengisi jabatan. Ia bisa menjadi simbol: bahwa polisi bisa tegas, bersih, dan berpihak. Seperti nama penghargaan yang pernah ia terima.
Hoegeng.
Nama yang selalu mengingatkan, bahwa integritas bukan slogan. Ia pilihan. Dan pilihan itu kini berada di Bogor.***
