Monday, 25 November 2024
HomeKota BogorBudi Gunadi Sadikin, Menkes Baru yang Sering Berdebat dengan Guru

Budi Gunadi Sadikin, Menkes Baru yang Sering Berdebat dengan Guru

BOGORDAILY – Enam menteri baru hasil reshuffle Kabinet Indonesia Maju baru saja di lantik Presiden Joko Widodo, 23 Desember 2020. Salah satunya adalah Ir. Budi Gunadi Sadikin, yang dilantik menjadi Menteri Kesehatan menggantikan dr. Terawan Agus Putranto.

Rekam jejak Budi Gunadi sang pembantu presiden ini, mulai dari gelar Insinyur Fisika Nuklir ITB, karier sebagai bankir di beberapa bank, direktur PT Inalum, sampai pencapaian terakhirnya menjadi menteri , sudah banyak diberitakan berbagai media cetak maupun digital.
Tapi masa kecilnya, hampir tidak pernah mendapat sorotan sama sekali.

Bogor Daily, mencoba mengupas sosok orang Bogor yang berhasil menembus panggung nasional ini, lebih dalam.

Lahir di Bogor, 6 Mei 1964, Budi Sadikin kecil sering berpindah rumah.
” Sampai Mas Budi SMP, kami sekeluarga, bapak, ibu, dan 4 anak masih tinggal di rumah kontrakan bersama eyang, di Jalan Pledang 21,” kata AS, kerabat dekat Budi Sadikin.

“Tahun 1980, bapak dapat rumah dinas di Jalan Salak no 20. Kami pindah ke sana.
Sekarang, rumah yang pernah kami huni itu sudah jadi resto Makaroni Panggang ,” lanjutnya.

Tujuh tahun kemudian, barulah keluarga Sadikin Sumintawikarta ini pindah ke rumah pribadi, di Jalan RE Abdulah, Ciomas.

Lulusan SMA Regina Pacis Bogor tahun 1983 ini, memang dikenal pintar dan sarat prestasi dari kecil.
” SD , SMP sampai SMA , kakakku ini selalu jadi pelajar teladan sampai tingkat nasional,” katanya lagi.

Ada 2 jenis murid yang biasanya selalu diingat, yaitu murid yang pandai sekali dan yang sangat bandel.
Ningsih, guru ekonomi SMA Regina Pacis masih mengingat beberapa hal tentang sang menteri waktu diajar olehnya.

“Ibu ga pernah lupa, ada guru honorer matematika sampai mengundurkan diri, karena terlalu sering didebat sama Budi di kelas. Heran saya, rumus rumusnya Budi, selalu lebih baru dari guru honorer itu,” tuturnya lewat telepon.

Menurut Ningsih , tahun 80 an awal , kelulusan murid masih diumumkan di sekolah. Yang paling heboh itu tahun 1983, siswa Regina Pacis yang tidak lulus, jumlahnya 25 orang. Ada beberapa murid yang tidak lulus, pingsan sampai lama. Sekolah sampai menyewa mobil mengantar pulang murid yang pingsan ke rumah masing masing.
“Budi lulus dengan nilai sangat baik, ibu juga memberi nilai 9 untuk pelajaran ekonomi,” lanjutnya.

Rika, teman satu angkatan bercerita,” Budi itu teman yang baik, gak sombong, murah senyum, supel juga, dan yang pasti pintar dari ‘sononya’, ”

” Sampai sekarang, Budi tetap rendah hati. Walaupun sangat sibuk, dia masih menyempatkan beberapa kali datang bila ada acara kumpul kumpul angkatan. Pas Reuni besar RP juga datang. Kami teman seangkatan juga pernah diundang ke rumahnya,” lanjut dia.

Selamat bekerja dan berkarya di tempat yang baru, Pak BGS. Semoga penanganan pandemi Covid -19 bisa lebih baik di tangan Bapak.(JP)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here