Bogordaily.net – Keadaan Myanmar semakin mencekam, pihak militer bahkan melakukan serangan udara mereror warga desa hingga membuat terpaksa untuk mengungsi kedalam hutan.
Dilansir Sky News, David Eubank, pendiri organisasi kemanusiaan Free Burma Rangers mengatakan bahwa serangan terjadi di desa Karen dan menyebabkan tiga warga desa tewas serta delapan lainnya terluka.
Eubank pun menuturkan bahwa serangan dari jet tempur itu terjadi Sabtu 27 Maret 2021 pada pukul 20.30 waktu setempat dan berlanjut hingga keesokan harinya pukul 02.00.
Baca juga:16 Demonstran Antikudeta Myanmar Tewas, Etnis Bersenjata Bersuara
Baca juga: Menggila, Militer Myanmar Tewaskan 114 Demonstran Antikudeta
“Terdapat sejumlah serangan udara. Tapi yang membuat kami mengernyit adalah tidak ada serangan di sana selama 20 tahun terakhir,” ucap Eunbank.
Ia mengatakan bahwa pihak militer tidak hanya membunuh pria, perempuan, dan anak-anak di kota, tapi juga menggempur berbagai kelompok etnis di kawasan gunung, salah satunya di Negara Bagian Karen.
Pendiri organisasi kemanusiaan itu mengatakan bahwa kemampuan militer Burma (nama lama Myanmar) terus meningkat karena disokong China dan Rusia.
Ia pun menyebutkan ada total 8 ribu orang yang berlindung dan bersembunyi karena kekerasan tersebut.
“Orang-orang kini berlindung di Lembah Day Pu No, dengan total 8.000 orang bersembunyi karena kekerasan terus meningkat sejak 1 Februari,” tutur David.
Tak hanya itu saat pemakaman 114 demonstrasi yang tewas pada Sabtu 27 Maret 2021 suara tembakan masih terus terdengar.
Pasukan militer Myanmar membunuh sedikitnya 114 orang demonstran pada Sabtu, 27 Maret 2021 dan menjadi hari paling berdarah sejak kudeta pada awal Februari.
Baca juga: Dedie Rachim Saksikan Proses 1.500 Karyawan Lippo Plaza Ekalokasari Bogor Divaksin
Baca juga: Besok Sidang, Peluhan Simpatisan Habib Rizieq Shihab Geruduk Kejari di Bogor Minta Kesetaraan Hukum
Dilansir dari Myanmar Now, didapatkan data bahwa 114 orang tewas di seluruh negeri dalam tindakan keras terhadap demontrasi penolakan kudeta tersebut.
Korban tewas termasuk 40 orang, yang mana salah satunya adaah seorang gadis berusia 13 tahun, di kota kedua di Myanmar, Mandalay. Sedikitnya 27 orang tewas di pusat komersial Yangon. Seorang anak berusia 13 tahun lainnya termasuk di antara yang tewas di wilayah Sagaing tengah.
Kematian tercatat dari wilayah Kachin di pegunungan utara hingga Taninthartharyi di ujung selatan Laut Andaman – menjadikan jumlah keseluruhan warga sipil yang dilaporkan tewas sejak kudeta menjadi lebih dari 440.
Sejak kudeta 1 Februari 2021 total korban tewas menjadi lebih dari 440 ketika militer mencoba memaksakan otoritasnya dan ribuan orang telah ditahan di bawah junta.
Pada Selasa 16 Maret 2021 sebanyak 74 demonstran tewas dalam sehari akibat tembakan membabi buta pihak militer Myanmar.
Negara – negara di dunia pun ikut mengecam kekerasan yang dilakukan oleh militer Myanmar kepada masyarakat sipil negara tersebut. ***