Bogordaily.net – Militer Myanmar mengeluarkan perintah menangkap artis serta influenser yang menentang kudeta.
Ada sekitar 40 orang artis, influencer media social, model serta penyanyi yang namanya masuk dalam daftar penangkapan.
Para selebritas ini dilakukan pemeintah militer di bawah Undang – Undang tentang pelarangan penghasutan yang dapat menyebabkan perbedaan pendapat di militer.
Salah satu influencer yang namanya masuk dalam daftar penangkapan ialah Thurein Hlaing Win berprofesi sebagai seorang blogger.
Thurein Hlaing Win mengatakan bahwa dirinya terkejut saat disebut sebagai penjahat di TV.
Kini Thure in Hlaing Win sedang bersembunyi, dan mengatakan kepada Reuters bahwa dirinya tidak melakukan apapun dan hanya berdiri disamping kebenaran.
“Saya tak melakukan apa pun yang baik atau buruk. Saya berdiri di samping kebenaran. Saya mengikuti jalan yang saya percaya. Antara baik dan buruk, saya memilih baik,” tuturnya.
Menurut Kelompok Advokasi AAPP, sejak kudeta militer terhadap Pemimpin terpilih Myanmar Aung San Suu Kyi pada 1 Februari 2021 total korban tewas telah lebih dari 536 orang.
Pada Selasa 16 Maret 2021 sebanyak 74 demonstran tewas dalam sehari akibat tembakan membabi buta pihak militer Myanmar.
Negara – negara di dunia pun ikut mengecam kekerasan yang dilakukan oleh militer Myanmar kepada masyarakat sipil negara tersebut.
Belum lagi pada Senin, 29 Maret 2021 sebanyak 14 warga sipil tewas, 8 orang di antaranya berada di distrik Dagon Selatan di Yangon.
Pasukan militer Myanmar pun membunuh sedikitnya 114 orang dalam sehari pada Sabtu, 27 Maret 2021.
Salah satunya adalah seorang gadis berusia 13 tahun di Kota Mandalay.
Dari 114 orang itu juga, kelompok masyarakat sipil mengatakan bahwa Jet militer menewaskan sedikitnya 2 orang dalam serangan di desa yang dikendalikan oleh kelompok bersenjata dari minoritas Karen.
Kini, Para demonstran membuat taktik baru untuk meningkatkan kampanye pembangkangan sipil, pada Selasa, 30 Maret 2021. Demonstran meminta penduduk membuang sampah ke jalan-jalan di persimpangan jalan utama.
Langkah tersebut, tentunya bertentangan dengan seruan yang dikeluarkan melalui pengeras suara di beberapa lingkungan di Yangon dari pihak militer.
Seruan militer itu mendesak penduduk untuk membuang sampah dengan benar sesuai tempatnya.