Bogordaily.net – Ketua Yayasan Satu Keadilan, dan Ketua DPD PSI Kota Bogor Sugeng Teguh Santoso mnyampaikan duka cita mendalam atas meninggalnya Bapak Petrus Barus pada hari Jumat 14 Mei 2021.
Dalam keterangan tertulisnya, Sugeng mengingat Petrus Barus, sebagai proses panjang sikap kritis dan independensi yang berusaha ia bangun.
“Petrus saya kenal sejak saya mulai aktif sebagai aktivis hukum dan sekjen serikat pengacara indonesia 1997. Ia adalah wartawan Berita Buana dan pendiri Pusat Jaringan aksi Reformasi (Pijar Indonesia),” ucapnya.
Lanjutnya, sabahat Petrus memberikan ruang Sugeng untuk menulis catatan hukum di Berita Buana selama kurang lebih selama 3 tahun.
Intesifitas bersama kemudian terjadi saat 2012 LBH Keadilan Bogor Raya dan Yayasan satu keadilan aktif, melakukan advokasi hukum masyarakat marjinal di Bogor kota dan Kabupaten.
“Saat itu ada 3 orang yang membantu saya saat itu Bagus Blacknight di megaswara, Abdul Somad Full pemred metropolitan dan Muhamad Soleh serta alm Bang ucok megaswara dan Petrus sebagai Pemred media Pakuan Raya (Pakar) juga pemilik media Bogorkita tidak hanya memfasilitasi pemberitaan kasus-kasus publik yang ditangani oleh LBH KBR dan YSK, tetapi ia turut terlibat dalam memberikan masukan strategi-strategi pembelaan agar advokasi kami kuat,” paparnya.
Kata Sugeng, Petruslah yang memperkenalkannya dengan keluarga politisi Rachnat yasin termasuk Ade Munawaroh Yasin, Zainul Mutaqin sebagai pemilik media Pakar dan tetap berhubungan hingga kini.
“Satu sikap petrus yang sama dengan saya adalah soal sikap independensinya, bila ia sudah menyatakan sikapnya maka tidak ada yang bisa mempengaruhinya lagi, bahkan ia rela melepaskan jabatan ketika sudah tidak dirasa cocok lagi, ini sikap konsisten yg ia tunjukkan sejak ia sebahai aktivis mahasiswa di Unas,” ungkap.
Walaupun beliau dipecat sebagai mahasiswa karena sikap menentang pengekangan aktifitas, di kampus yang dilakukan oleh rektor STA, Demo tersebut dikenal dengan Tiga Mengugat Takdir.
Perjumpaan Sugeng dan Petrus masih intensif sampai dengan tahun 2016, ketika Petrus bergabung dengan harian Merdeka dan Nusantara bersama mas Eddy Junaidi, Marlin Dinamikanto, dan setelah tahun 2017 kedua jarang hanya bertemu sesekali walau masih terus berkomunikasi.
“Selamat jalan Kawan Petrus Barus, kurang lebih 3 tahun lalu sempat ngopi bareng di Kopi Oey, Baranangsiang, Bogor. Tak sanggup aku berkata-kata panjang lebar, seakan tak percaya kepergiannmu yang begitu cepat,” ujar Sugeng.
Sebelumnya, dua hari jelang hari raya Idul Fitri Sugeng sempat menjenguk ketika Petrus dirawat di rawat di EMC Sentul, tidak lama kemudian pulang dan sembuh dari sakitnya.
“Tapi tepat pukul 21.10 malam ini aku kaget mendengar kabar dari beberapa kawan mengabarkan kepergianmu. Tugasmu sudah selesai di dunia. Damai selama nya di Surga. Sekali lagi selamat jalan. Aku akan selalu mengingat dan mengenangmu, kawan,” tandasnya.
Rest in Peace buat sahabatku Petrus Barus, Damai bersama Tuhan di Surga.***