Bogordaily.net – Pada momen Hari Kemerdekaan ke-76 Republik Indonesia, Pemerintah Kota Bogor memberikan jaminan pendidikan hingga lulus Sekolah Menengah Atas (SMA), kepada 229 anak yatim piatu. Anak-anak tersebut, ditinggal orangtuanya akibat Covid-19.
Dari 229 anak tersebut, 150 diantaranya yatim, 72 piatu dan 7 anak yatim piatu. Mereka berasal dari 133 keluarga. 46 diantaranya masih balita dibawah 5 tahun, SD 76, SMP 53, SMA 54. Masih mungkin bertambah karena pandemi masih melanda.
Wali Kota Bogor Bima Arya bersama Wakil Wali Kota Bogor Dedi Rachim, Camat hingga Lurah secara serentak turun ke wilayah menyerahkan bantuan kepada 133 keluarga yang kehilangan orangtuanya.
Bima Arya dan Dedie Rachim berbagi tugas mengunjungi dua keluarga di Sukadamai, Tanah Sareal dan Gunung Batu, Bogor Barat.
Menurut Bima Arya, lewat program ini pemerintah berupaya memastikan anak-anak bangsa bisa terus melanjutkan hidup sebagai harapan dan masa depan Indonesia.
“Kita pastikan tidak ada lost generation. Kita sudah mendata, ada 229 anak di bawah 18 tahun yang kehilangan orangtuanya karena terpapar Covid-19,” kata Wali Kota Bogor, Bima Arya.
“Dari data tersebut juga dilaporkan bahwa 97 anak diantaranya telah dibantu melalui program-program bantuan keluarga tidak mampu seperti PKH, BPNT dan BPJS. Tapi sisanya yang belum kita akan koordinasikan untuk tetap dibantu,” jelasnya.
Agar tidak terjadi generasi yang hilang (lost generation), lanjut Bima, anak-anak tersebut akan dijamin pendidikannya sampai lulus SMA.
“Termasuk yang bersekolah di swasta. Dananya kita usahakan ada yang dari kegiatan atau program dinas, ada juga donasi dari gaji ASN yang disisihkan, termasuk hasil lelang barang pribadi saya kemarin (Rp53,7 juta),” ucapnya.
“Kemudian semuanya juga akan didampingi konseling dari DPMPPA (Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Perlindungan Perempuan dan Anak). Mereka harus tetap bisa meraih masa depan,” tambahnya.
Bicara keberlangsungan program tersebut, Bima menyebut akan dilihat kasus per kasusnya.
“Saya sudah minta kepada Pak Camat, Pak Lurah, mendata kebutuhannya apa. Bermacam-macam, ada yang sudah tinggal dengan keluarganya, ada yang mungkin masih mencari tempat tinggal, ada yang perlu biaya kuliah semuanya di data terlebih dahulu,” ujarnya.
“Kita juga sudah punya RPJMD, kita juga sudah memiliki banyak aturan dan program yang intinya menguatkan Bogor sebagai kota yang ramah keluarga dan layak untuk anak. Setiap tahun kita berusaha meningkatkan status itu. Jadi landasan, pijakannya itu. Lain-lainnya saya percaya siapapun pengganti saya nanti tetap akan memiliki kepedulian yang sama,” pungkasnya.***