Bogordaily.net – Lulus sebagai sarjana pertanian tak membuat Agus Wibowo tertarik mencari pekerjaan. Ia justru pulang kampung untuk menjadi petani kentang. Setiap bulannya ia memasok 30 ton kentang untuk kebutuhan ekspor. Sementara kentang sayur yang dihasilkan juga setiap bulannya mampu terjual rata-rata 30 ton.
Berlokasi di Magelang, Jawa Tengah, pria yang akrab disapa Agus ini mulai bertani usai menyelesaikan pendidikan di bidang pertanian. Agus adalah anak dari keluarga petani, orangtuanya menyekolahkan tinggi tidak untuk menjadikannya seorang pegawai. Orangtua Agus justru berharap anaknya bisa menjadi petani.
Ya, impian orangtua Agus terwujud. Anaknya kini menjadi petani milenial yang sukses. Lewat channel youtube Capcapung 6 Agustus 2021, Agus berbagi kisah seputar profesinya sebagai petani kentang
Agus mengakui, di desa tempat kelahirannya memiliki sumber daya alam yang sangat bagus untuk dikembangkan di sektor pertanian. Sayangnya hal ini tidak diimbangi dengan kemampuan sumber daya manusianya.
Kembalinya Agus ke kampung halaman, ia membawa ilmu untuk dunia pertanian. Agus menjadi petani kentang milenial yang mengembangkan bibit kentang premium dan menanam dengan sistem modern.
Dengan bibit unggulan ini Agus bisa menghasilkan kentang yang berkualitas bagus dan juga berlimpah.
“Kita bikin bibit kentang premium. Ada dua jenis kentang yang kami kembangkan, ada kentang sayur dan kentang industri,” kata Agus.
Yang masuk kategori kentang sayur yakni jenis kentang yang biasa dimasak sehari-hari menjadi sayur sop, kentang goreng atau perkedel. Kentang ini punya karakter empuk, pulen dan kandungan gulanya tinggi sehingga rasanya manis.
Sementara untuk kentang industri, Agus menjelaskan jenis kentang ini berwarna putih, kandungan air dan gulanya rendah. Biasanya diolah untuk dijadikan keripik kentang, stick kentang dan lain sebagainya.
“Kentang industri itu kalau digoreng renyah cepat kering, kandungan air dan gulanya rendah,” beber Agus.
Awalnya Agus menanam kentang di lahan sendiri namun karena permintaan melonjak, akhirnya ia mengajak petani setempat untuk bermitra. Petani diberikan bibit dan obat tanaman.
Di sini juga diterapkan sistem kontrak, jadi kentang yang ditanam petani ini akan langsung dibeli Agus ketika sudah panen. Dengan demikian, petani tidak lagi bingung mencari pembeli kentang.
“Petani diberi modal bibit dan obat-obatan. Ada kontrak di awal jadi petani nggak perlu bingung cari pasar,” ujar Agus.
Untuk jenis kentang industri, Agus mengatakan sudah terikat perjanjian kontrak dengan perusahaan. Setiap bulannya ia memasok 30 ton kentang untuk kebutuhan ekspor. Sementara kentang sayur yang dihasilkan juga setiap bulannya mampu terjual rata-rata 30 ton.
Kepada anak muda milenial, Agus berpesan untuk mencoba menggeluti dunia pertanian karena bisnis ini menjanjikan.
“Buat anak-anak muda, Indonesia membutuhkan petani milenial. Tidak bisa hanya terus mengandalkan petani konvensional. Ayo anak muda, mahasiswa, sarjana pertanian kembali ke desa untuk bertani. Kalau dunia pertanian tidak maju maka akan terjadi krisis pangan,” pungkas Agus.
Selain bertani, Agus juga membuka kesempatan untuk para anak muda yang ingin belajar soal pertanian. Kebunnya selalu terbuka untuk siapapun yang ingin mendalami ilmu pertanian khususnya untuk tanaman kentang.